Tanah Papua Untuk Indonesia - Mas Gibran pernah mengikuti kontestasi Pemilu pada tahun 2020 silam, sekalipun itu merupakan Pemilu di level Kota, namun pelaksanaan Pemilu di tingkat daerah tersebut telah menjadi pembuktian bahwa Mas Gibran lebih dari siap mengikuti kontestasi debat Cawapres "menjadi sesi debat kedua" yang akan diselenggarakan pada Jumat, 22 Desember 2023..
Dengan hasil Pilwali yang terbilang sukses tersebut, Mas Gibran saat ini masih memimpin sebuah kota dengan penduduk yang berjumlah 586 Ribu jiwa..
Ketika Cawapres lain, yang memandang dirinya lebih senior "lebih tua -- lebih banyak makan asam garam kehidupan", memandang rendah generasi muda, karena usianya, tentunya itu semua merupakan ekpresi "kegelisahan" dari kalangan orang tua ini, khawatir jika anak baru kemarin itu "berasal dari generasi milenial", dapat tampil dengan baik jika dibandingkan para senior yang selalu "pamer" pengalamannya kepada khalayak publik selama ini..
Sejatinya, serangan kepada Mas Gibran oleh pasangan Cawapres maupun Capres lainnya, menunjukkan begitu hebatnya pengaruh generasi milenial seperti Mas Gibran dalam kontestasi Pemilu kali ini.. Satu orang Mas Gibran bisa menggoncangkan mental dari kalangan generasi tua yang memandang diri mereka sebagai orang-orang hebat itu.. Kehadiran Mas Gibran terus membuat mereka sibuk mempergunjingkan status Mas Gibran dalam pencapresan pemilu 2024 mendatang, tanpa sadar, waktu dan energi yang mereka habiskan, hanya sibuk dengan mengolok-olok dan menjelek-jelekkan Mas Gibran..
Mas Gibran memang anak muda milenial yang hebat, dirinya merupakan lulusan SMA di Orchid Park Secondary School, Singapura di tahun 2002, kemudian dirinya lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) di tahun 2007, dan dirinya lulus pula di University of Technology Sydney (UTS Insearch), Australia di tahun 2010.
Mas Gibran telah "dinfluence" oleh cara berfikir dalam lingkungan internasional "rekam jejak pendidikan di Singapura dan Australia".. Maka dari itu, Mas Gibran lebih dari mampu untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam konteks kehidupan global.. Perlu juga untuk diketahui, bahwa dewasa ini, generasi milenial jauh lebih adaptif dalam pergaulan internasional dibandingkan generasi sebelumnya, sebab di era ini, peluang interaksi itu tersedia dalam berbagai platform digital dan berbagai peluang kemitraan yang dibangun cukup baik dan berkembang di era saat ini..
Ini jamannya anak muda, jaman dimana spesialisasi sebuah ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi penting, sebagaimana pendapat Tom Nichols (2017) -- dimana dirinya menyebut bahwa era dihari ini menjadi pertanda "matinya kepakaran" (the death of expertise). Alhasil, pandangan ini ikut memberikan dampak terhadap justifikasi keahlian seseorang, dimana dalam realitasnya, setiap orang yang mampu beradaptasi dengan multilingual dan multitalenta dapat menjadi leader dalam komunitasnya..
Para pencibir dan pembenci itu, tentunya sangat keliru, jika meremehkan Mas Gibran karena dirinya masih muda, justru usia muda yang dimilikinya merupakan keuntungan sekaligus kekuatan yang diperlukan untuk mendorong banyaknya inovasi dalam pengambilan Keputusan bernegara dimasa-masa mendatang..
Mas Gibran saat ini seperti yang kita ketahui, masih menjadi Mas Wali, di Kota Solo.. Begitu egaliternya panggilan Mas Wali yang ditujukan kepada sosok anak muda seperti Mas Gibran, dimana dirinya memikul tanggung jawab besar, sebagai kepala daerah dan kepala pemerintahan di sebuah Kota Administrasi di Pulau Jawa.. Inilah yang membuat warga solo ketika datang ke pusat pelayanan di Balai Kota, tidak memandang bertemu dengan Pejabat, melainkan dirinya dipandang sebagai teman, Sahabat, Kakak, Adik, Anak dan Mas dari beragam latarbelakang warga Masyarakat di Kota Solo..
Sebagai Mas Wali, Mas Gibran sudah terbiasa menghadapi masalah dan keluhan dari masyarakat Kota yang begitu majemuk.. Mulai dari kalangan Anak Sekolah, remaja, Ibu-Ibu, orang tua, para Lansia, ibu Rumah Tangga, para petani, para pedagang, dan lain sebagainya, yang menjadikan masyarakat dibawah "pengayoman" pemerintahan yang di pimpinnya, banyak memberikan referensi kepada Mas Gibran untuk dapat menghadapi berbagai masalah di sektor ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan dalam Agenda Debat Cawapres (rangkaian debat kedua Pilpres 2024)..