Mohon tunggu...
Prabowo Gibran Untuk Indonesia
Prabowo Gibran Untuk Indonesia Mohon Tunggu... Diplomat - Mengapa Willem Wandik Memilih Prabowo Gibran

Pemilu 2024 adalah pesta demokrasi rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin nasional, Gunakan Hak Politik Kita Semua Untuk Menghantarkan Pasangan Prabowo -Gibran Melenjutkan Kepemimpinan Presiden Jokowi 5 Tahun Mendatang. Tanah Papua "Dari Wilayah Matahari Terbit" Mempersiapkan Diri Menyambut Prabowo Gibran Memimpin Republik Untuk Kemajuan dan Kesejahteraan Bersama.. Wa Wa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Indonesia Butuh Komandan Efisien, Bukan Pemimpin Rencana "Retorika"

3 Desember 2023   20:18 Diperbarui: 7 Desember 2023   22:33 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: galery willem wandik - Dewan Pakar TKN Prabowo Gibran Presiden 2024

Presiden Jokowi diserang berulang kali oleh negara uni eropa terkait permasalahan Minyak Sawit dan juga persoalan ekspor mineral mentah, namun, agenda nasional yang mengutamakan "national interest" Indonesia, tetap tidak berubah sekalipun berada dalam ancaman negara negara kuat lainnya.. Inilah sejatinya pemimpin ideal Indonesia, yang juga harus dimiliki oleh negara ini untuk 10 tahun masa mendatang.. 

Gagasan national interest "Indonesia First" harus dapat terwarnai dari kebijakan nasional Indonesia.. Indonesia tentunya harus banyak belajar dengan peristiwa politik di Ukraina, salah satu negara dengan industri yang cukup kuat di Eropa, justru perlahan tumbang dan mengalami ancaman kepunahan, sebagai dampak dari "ketidakmampuan" leadership nasionalnya, untuk mengatasi krisis politik dan keamanan dalam negeri..

Pada tahun-tahun sebelum peristiwa aneksasi krimea terjadi di tahun 2014 silam, yang menandai awal "kehancuran" Ukraina yang memicu perang besar antara Ukraina Juncto sekutu barat melawan Negara adi daya Rusia di Eropa Timur, sejatinya peristiwa kehancuran itu terjadi justru diawali dengan krisis politik nasional, yang terjadi sejak tahun 2013 sebelumnya, dimana pada bulan november 2013 terjadi upaya penggulingan "Presiden Viktor Yanukovych" yang pro Russia oleh sekelompok elit Ukraina dengan sokongan pihak barat.. 

Dalam catatan yang tergambar dari Statistik Perekonomian Ukraina "sebelum krisis politik" terjadi di dalam negaranya, tercatat pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) Ukraina secara berturut turut di tahun 2012 - 2023 mencapai 182 juta USD - 190,5 Juta USD.. 

Namun pasca kudeta terhadap Presiden Ukraina di bulan November 2013 terjadi, GDP Ukraina kemudan mulai jatuh ke angka terendah ditahun 2014 - 2016 yaitu 133,5 Juta USD di tahun 2014, 91,03 Juta USD di tahun 2015 dan 93,36 Juta USD pada tahun 2016.. 

Ukraina sebagai negara yang tergolong makmur dalam pencapaian ekonominya dan juga kuat dalam aspek militernya di Eropa saat itu, kemudian jatuh kedalam kondisi yang mengenaskan setelah "mengalami krisis politik dalam negeri" dan instabilitas yang terjadi di dalam negaranya..

Indonesia sampai sejauh ini, berada pada posisi yang relatif aman, itu disebabkan karena berbagai rangkaian peristiwa politik nasional yang sanggup untuk direkonsiliasikan, termasuk kesepakatan rekonsiliasi politik yang terjadi antara Presiden Jokowi dan Prabowo pasca pemilu Presiden 2019 silam.. 

Prabowo bukan sekedar pemimpin politik yang hanya mengandalkan "retorika ceramah dalam panggung-panggung diskusi", melainkan dirinya telah membuktikan "kemampuan pengendalian diri yang begitu hebat", untuk tidak mengikuti "hasutan" yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa yang besar ini.. 

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, untuk 10 tahun mendatang hingga tercapainya "standing" Indonesia Emas di tahun 2045 "menggenapi usia 100 tahun negeri ini merdeka", maka jejak rintisan pembangunan yang telah dimulai sejak 1945 hingga pemerintahan SBY bersama Pemerintahan Jokowi selama 20 tahun terakhir ini, perlu diperkuat dengan hadirnya stabilitas agenda pembangunan dan keamanan dalam negeri sendiri.. Terutama, dalam menghadapi potensi ancaman "tekanan" dari negara kuat lainnya, yang tidak jarang memaksakan kehendak "kepentingan nasional negaranya" jika Presiden Republik Indonesia Terpilih berikutnya justru tidak memiliki keberanian dan karakter kepemimpinan yang kuat.. 

Horas,

Maturnuwun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun