Melalui karyanya tersebut, Mead menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung melalui pertukaran simbol serta pemaknaannya terhadap simbol-simbol tersebut. Baginya, simbol yang digunakan manusia adalah hal yang mulia, sehingga dapat membedakan manusia dengan hewan. Sebab, manusia bertindak dan berinteraksi atas pemahaman dan pemaknaannya atas simbol-simbol yang ada. Simbol dalam perspektif ini bukan sekedar hal yang sepele, jauh dari itu simbol-simbol tersebut muncul akibat kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia yang lain.Â
Kita ambil contoh, dalam kehidupan sehari-hari, sebuah mobil ambulance tidak mungkin terus memberikan klakson biasa kepada seluruh pengguna jalan, karena suara klakson tersebut akan menyatu dengan klakson kendaraan lain, sehingga ambulance tidak akan mendapat jalan. Oleh sebab itulah, ambulance menyalakan sirine yang menjadi simbol khas ambulance, tujuannya agar memudahkan sopir ambulance berinteraksi dengan pengguna jalan yang lain (dalam hal ini, maksudnya memberikan jalan untuk ambulance). Dengan begitu, dalam karyanya tersebut, Mead juga menegaskan bahwa masyarakat hadir jauh sebelum pikiran itu ada karena pikiran hadir ketika seseorang hendak berinteraksi.
Dalam pemikiran Mead, terdapat beberapa hal penting yang di antaranya adalah prioritas sosial, di mana diartikan dengan munculnya kelompok sosial terlebih dahulu sebelum adanya perkembangan mental dan kesadaran diri. Selanjutnya ada tindakan sosial, yang dalam pikiran Mead setiap tindakan manusia tidak akan sama dengan tindakan atau perilaku hewan. Ketiga, sikap isyarat, adalah bagian dari tindakan sosial yang memiliki makna di mana ditujukan dan akan diinterpretasikan oleh individu lain. Kemudian ada simbol-simbol signifikan, yang merupakan gerak isyarat yang diciptakan manusia dan menjadi respons atas informasi yang diterima Selanjutnya juga ada pikiran, yang di dalamnya terdapat proses percakapan dengan dirinya sendiri. Keenam ada diri, adalah kemampuan seorang individu menjadikan subjek atau objek dengan aktivitas atau hubungan sosialnya, sehingga akan berkaitan dengan pikiran sosial sang individu. Terakhir, ada masyarakat di mana bagi Mead, hal ini merupakan proses sosial yang mendahului diri dan pikiran.
Pada karya yang sama, Mead juga membagikan tahapan terbentuknya tindakan yang dimulai dengan adanya rangsangan atau dorongan yang diberikan kepada individu (impuls), dilanjut dengan persepsi, yakni kegiatan memikirkan langkah apa yang akan dilakukan atau respons apa yang hendak diambil untuk memenuhi impuls tadi.Â
Setelah melalui persepsi, akan ada perhitungan untung rugi jika mengambil tindakan tersebut yang dikemas melalui tahap manipulasi. Terakhir, ada tahap konsumsi di mana nantinya seorang individu akan mengeksekusi tindakan yang telah ia pertimbangkan sebelumnya
. Misal, seorang anak merasa lapar (lapar sebagai impuls), kemudian sang anak memikirkan beberapa makanan yang ingin ia makan (persepsi), tetapi karena satu dan lain hal, sang anak hanya dapat memakan satu makanan saja, sehingga ia memikirkan plus minus dari tiap makanan yang akan ia makan (manipulasi), dan akhirnya sang anak memilih satu makanan yang sudah ia pilih (konsumsi).
Selain itu, Mead juga bicara mengenai pikiran (mind) dan diri (self). Dalam pandangannya, pikiran dianggap sebagai hal yang bersifat sosial dan berkembang melalui proses interaksi, sehingga dalam persepsi Mead, seseorang yang kurang bergaul atau minim interaksi akan memiliki pikiran yang tidak begitu luas karena pikirannya tidak berkembang.Â
Pada mind, akan ada proses pengolahan simbol-simbol yang kemudian terakumulasi untuk pembentukan diri seorang individu yang juga tidak terlepas dari bagaimana individu tersebut bertindak (dengan penekanan, simbol dapat dimanipulasi oleh sang individu).Â
Pada hakikatnya, Mead melihat bahwa aktivitas mind tidak terlepas dari proses komunikasi dengan orang lain atau pun dengan diri sendiri. Kemudian ada konsep diri (self) yang dibagi kembali menjadi dua, yakni I (sebagai subjek) dan Me (sebagai objek). Sebagai subjek, diri seorang individu merupakan konsep yang banyak bicara mengenai diri individu tersebut.Â
Sebagai subjek, diri seorang individu juga mampu bertindak kreatif. Sementara, sebagai objek, diri seorang individu merupakan konsep yang mampu dipengaruhi oleh orang lain, sehingga sebagai objek, diri individu akan bersifat terkontrol oleh hal-hal di luar dirinya.
GH Mead membagi tahap pembentukan diri menjadi tiga bagian yang dikemas dalam proses sosialiasi, yakni Play Stage, yakni tahap di mana seorang individu (yang masih anak-anak) sedang membangun dirinya dengan belajar menjadi subjek dan objek. Di tahap ini, seorang individu akan meniru dengan sempurna simbol apa-apa saja yang ia lihat, juga mengenal orang-orang di sekitarnya.