Dengan adanya toleransi yang tinggi, sekolah dapat menjalankan aktivitas kebhinekaan yang didukung oleh semua warga sekolah, seperti melaksanakan aktivitas pentas seni, festival permainan tradisional, kolaborasi dengan sekolah yang berbeda agama, dan lainnya yang dapat memperkuat keberagaman budaya di lingkungan sekolah.
Selain itu sekolah juga dapat mengimplementasikan nilai toleransi dalam pembelajaran di kelas, seperti menyesuaikan konten pembelajaran dengan keberagaman budaya yang ada, pembelajaran berbasis projek, menggunakan metode dan media pembelajaran yang mengintegrasikan keberagaman budaya, serta aktivitas lain seperti aktivitas seni, keagamaan, dan kunjungan ke rumah ibadah atau museum.
Topik 5 - Sekolahku Yang Damai
Sekolah yang damai merupakan sekolah yang memiliki lingkungan aman, nyaman, menyenangkan, dan menciptakan budaya damai. Sesuai dengan prinsip penyelenggara pendidikan dalam pasal 4 ayat 1 UU Sisdiknas; demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, HAM, Nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, serta dalam Permen PP dan PA NO. 08 tahun 2014 tentang sekolah ramah anak. Sekolah damai memiliki beberapa komponen yaitu kebijakan, interaksi, promosi, sarana, dan partisipasi.
Pada topik 5 mahasiswa diajak untuk bermain game SEKOLAHKU dengan menganalisis resiko yang ada di sekolah. Dalam permainan ini untuk menjaga kedamaian sekolah mahasiswa harus meningkatkan kapasitas (K), mengurangi kerentanan (R), dan mengurangi ancaman (A). Â
Jadi dalam fase ini mahasiswa diajak untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah yang ada dalam lingkungan sekolah dengan berbagai resiko dan kerentanan yang ada dalam sekolah. Dengan begitu mahasiswa dapat mengetahui seberapa banyak masalah dan kerentanan yang ada dalam sekolah dan mengetahui solusi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan resiko dan kerentanan tersebut.
Beberapa bentuk ancaman berasal dari eksternal dan ada juga yang tidak bisa dikendalikan. Sedangkan bentuk kerentanan dapat disebabkan karena faktor internal, kurangnya wawasan, kesadaran, dan keterampilan, serta memiliki titik-titik lemah yang perlu perbaikan. Contoh kasus kerentanan adalah perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi, dan intoleransi.
Diklat Wawasan Kebhinekaan Global ini memberikan pemahaman bagi mahasiswa PPG sebagai calon guru profesional untuk menerapkan sikap saling menghargai dan bangga terhadap perbedaan yang ada. Perbedaan ini harus dijadikan sebagai media pemersatu sehingga nantinya dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang damai dan nyaman bagi peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H