Kebhinekaan merupakan suatu konsep yang menunjukkan ada keberagaman budaya, etnis, gender, suku maupun agama. Kebhinekaan mengadaptasi konsep multikulturalisme yaitu adanya kesadaran untuk menerima kelompok lain sebagai sebuah kesatuan tanpa memperdulikan adanya perbedaan. Kebhinekaan tidak hanya tentang keragaman saja, namun juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Kebhinekaan global adalah kesadaran dan penghargaan terhadap berbagai perbedaan yang ada di dunia ini. Membangun hubungan yang didasari oleh rasa saling menghormati, toleransi dan kerjasama antar kelompok dan negara di dunia menjadi suatu hal yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup seluruh umat manusia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam keberagaman. Keragaman yang terjadi merupakan suatu kekayaan dan kekuatan yang besar bagi bangsa Indonesia. Perbedaan yang ada harus disikapi dengan positif dan dijadikan sebagai perekat persatuan bangsa. Kita sebagai warga negara harus saling menghormati dan menghargai perbedaan serta bersama-sama tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.
Sebagai bentuk upaya menumbuhkan rasa menghargai keberagaman serta menanamkan nilai-nilai toleransi dan persatuan, mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan gelombang 1 tahun 2024 Universitas Negeri Malang, melaksanakan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang keberagaman yang ada di dunia, serta menumbuhkan sikap toleransi bagi calon guru profesional sehingga nantinya dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang damai dalam perbedaan.
Kegiatan ini diikuti oleh semua mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Negeri Malang gelombang 1 tahun 2024, termasuk bidang studi matematika. Mahasiswa bidang studi matematika melaksanakan diklat WKG pada hari Rabu, tanggal 26 Juni 2024 di Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Malang, yang diikuti oleh 21 mahasiswa. Kegiatan ini didampingi oleh Dr. Tomi Listiawan, S.Si., M.Pd. dan Dr. Puguh Darmawan, M.Pd.
Pada kegiatan WKG ini mahasiswa mempelajari 5 topik yang secara keseluruhan membahas tentang bagaimana menghargai perbedaan, meningkatkan persatuan dan etika baik dalam berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda. Beberapa topik yang dibahas selama kegiatan diklat sebagai berikut.
Topik 1 - Dunia yang Berwarna
Topik ini mengangkat sebuah pemahaman tentang keberagaman yang ada di dunia. Dalam keberagaman tersebut memiliki kewajiban untuk dirayakan dalam kebhinekaan dan menjawab tantangan yang timbul dalam kebhinekaan.
Kebhinekaan global adalah sebuah konsep pemahaman yang menjelaskan keberagaman agama, ras, dan budaya dalam konteks global. Pada hakikatnya, setiap orang dari berbagai negara melakukan migrasi dari tempat satu ke tempat lain untuk memperbaiki kehidupannya, dan hal tersebut yang menyebabkan munculnya keberagaman.Â
Dengan keragaman yang ada seseorang harus memiliki sikap terbuka yang dapat meningkatkan kecerdasan. Seperti keragaman pemikiran, pandangan, pergaulan, cara berpikir dan empati terhadap orang lain. Berbeda dengan seseorang yang memiliki sikap tertutup cenderung memiliki pemikiran dan pandangan yang terbatas. Sehingga kemungkinan keberhasilan seseorang yang bersikap terbuka lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang bersikap tertutup akan keberagaman yang ada.
Namun, keberagaman tersebut juga berpotensi untuk menimbulkan kerentanan kebhinekaan seperti ekstrimisme, intoleransi dan diskriminasi.Â
Oleh karena itu, untuk mengatasi kerentanan akan kebhinekaan global perlu latihan khusus yang ditanamkan sejak dini seperti penerapan keterampilan 4C yakni Creativity, Communication, Critical thinking, dan Collaboration baik dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Topik 2 - Negeri Penuh Harmoni
Kebhinekaan Indonesia adalah salah satu ciri khas dari negara indonesia. Kebhinekaan yang ada di indonesia ada berbagai macam/beragam seperti suku, budaya, agama, adat istiadat. Konsep ini memberikan penekanan bahwa menjadi masyarakat indonesia haruslah menghargai keberagaman satu sama lain untuk mencapai kerukunan.
Pada topik 2 kami belajar mengenai kebhinekaan indonesia dengan memainkan peran "Dunia Suku". pada permainan ini kami dibentuk menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok suku wowo dan kelompok suku wiwi. Suku wowo memiliki ciri khas yaitu suku yang memiliki karakter keras, suara lantang, menatap lawan bicara, gestur tubuh sok akrab suku menepuk pundak lawan dan banyak bicara.Â
Sedangkan suku wiwi memiliki karakter yaitu jiwa yang lemah lembut, penurut, menghormati lawan bicara, irit bicara, memalingkan pandangan ketika diajak bicara.Â
Dari berbagai perbedaan karakter yang ada melalui permainan tersebut kami belajar bahwa pentingnya saling menghormati dan toleransi terhadap keberagaman sikap yang dimiliki setiap orang. Sebagai seorang guru kita harus memahami latar belakang setiap peserta didik guna untuk merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Selain itu, guru dapat mengintegrasikan pembelajaran dengan menghargai perbedaan dan memperkenalkan kepada peserta didik mengenai keanekaragaman budaya, agama, dan tradisi yang ada di Indonesia. Dengan demikian peserta didik dapat menerapkan sikap toleran dan menghormati perbedaan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, nyaman dan ramah bagi banyak orang.
Topik 3 - Damai Mulai dari Diri
Dalam topik 3 diajarkan tentang bagaimana individu menerima diri, menghargai keberadaan dirinya, dapat berdamai dengan dirinya sendiri, menerima dan menghargai orang lain serta keberagaman yang ada pada individu lain. Dalam topik ini diajarkan tentang bagaimana cara individu untuk menghargai identitas diri sendiri.Â
Mensyukuri identitas diri sendiri menjadi awal untuk menghargai identitas lainnya, sehingga seseorang akan memahami bahwa setiap orang memiliki identitas yang unik dan patut dibanggakan. Â Identitas diri memuat banyak komponen yakni jenis kelamin, budaya, agam latar belakang keluarga, dan orientasi seksual. Â
Aktivitas yang dilakukan setiap mahasiswa  yaitu diberikan kesempatan untuk memilih opsi yang ditampilkan di menti.com  seperti memilih ingin mempumyai kulit hitam atau putih, ingin mempunyai postur tubuh tinggi atau pendek, dan lain sebagianya. Hal ini bertujuan untuk memahami karakteristik dan keberagaman setiap individu.
Topik 4 - Sekolahku yang Bhineka
Setiap sekolah memiliki keragaman dan ciri khas masing-masing, mulai dari lingkungan sekolah, karakteristik peserta didik, budaya sekolah, kegiatan pembelajaran di sekolah, dan aktivitas lainnya.Â
Pada topik ini, kami diberi kesempatan untuk bermain peran sebagai warga sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah, salah satunya yang paling sering ditemui yaitu masalah perbedaan agama. Dengan berkolaborasi, kami mendiskusikan permasalahan yang diberikan untuk menentukan penyelesaian yang tepat dan mempertimbangkan hambatan serta kekhawatiran yang muncul dari keputusan yang diambil.
Dari topik ini kami memahami tentang pentingnya toleransi di tengah lingkungan yang beragam seperti di sekolah. Toleransi perlu diimplementasikan oleh semua warga sekolah terhadap kebijakan yang telah ditetapkan sekolah. Semua warga sekolah harus menghargai perbedaan yang ada, menghargai kebijakan sekolah, dan budaya yang ada di sekolah tersebut.Â
Dengan adanya toleransi yang tinggi, sekolah dapat menjalankan aktivitas kebhinekaan yang didukung oleh semua warga sekolah, seperti melaksanakan aktivitas pentas seni, festival permainan tradisional, kolaborasi dengan sekolah yang berbeda agama, dan lainnya yang dapat memperkuat keberagaman budaya di lingkungan sekolah.
Selain itu sekolah juga dapat mengimplementasikan nilai toleransi dalam pembelajaran di kelas, seperti menyesuaikan konten pembelajaran dengan keberagaman budaya yang ada, pembelajaran berbasis projek, menggunakan metode dan media pembelajaran yang mengintegrasikan keberagaman budaya, serta aktivitas lain seperti aktivitas seni, keagamaan, dan kunjungan ke rumah ibadah atau museum.
Topik 5 - Sekolahku Yang Damai
Sekolah yang damai merupakan sekolah yang memiliki lingkungan aman, nyaman, menyenangkan, dan menciptakan budaya damai. Sesuai dengan prinsip penyelenggara pendidikan dalam pasal 4 ayat 1 UU Sisdiknas; demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, HAM, Nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, serta dalam Permen PP dan PA NO. 08 tahun 2014 tentang sekolah ramah anak. Sekolah damai memiliki beberapa komponen yaitu kebijakan, interaksi, promosi, sarana, dan partisipasi.
Pada topik 5 mahasiswa diajak untuk bermain game SEKOLAHKU dengan menganalisis resiko yang ada di sekolah. Dalam permainan ini untuk menjaga kedamaian sekolah mahasiswa harus meningkatkan kapasitas (K), mengurangi kerentanan (R), dan mengurangi ancaman (A). Â
Jadi dalam fase ini mahasiswa diajak untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah yang ada dalam lingkungan sekolah dengan berbagai resiko dan kerentanan yang ada dalam sekolah. Dengan begitu mahasiswa dapat mengetahui seberapa banyak masalah dan kerentanan yang ada dalam sekolah dan mengetahui solusi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan resiko dan kerentanan tersebut.
Beberapa bentuk ancaman berasal dari eksternal dan ada juga yang tidak bisa dikendalikan. Sedangkan bentuk kerentanan dapat disebabkan karena faktor internal, kurangnya wawasan, kesadaran, dan keterampilan, serta memiliki titik-titik lemah yang perlu perbaikan. Contoh kasus kerentanan adalah perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi, dan intoleransi.
Diklat Wawasan Kebhinekaan Global ini memberikan pemahaman bagi mahasiswa PPG sebagai calon guru profesional untuk menerapkan sikap saling menghargai dan bangga terhadap perbedaan yang ada. Perbedaan ini harus dijadikan sebagai media pemersatu sehingga nantinya dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang damai dan nyaman bagi peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H