Mohon tunggu...
PPG Bimbingan dan Konseling UM
PPG Bimbingan dan Konseling UM Mohon Tunggu... Guru - PPG Prajabatan UM Angkatan 1 Tahun 2023

Program Studi Bimbingan dan Koseling Kelas 01 Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diklat Wawasan Kebhinekaan Global Universitas Negeri Malang - PPG Prajabatan Angkatan 1 Tahun 2023 (Bimbingan dan Konseling 01)

13 Januari 2024   10:37 Diperbarui: 13 Januari 2024   10:53 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana saat bermain game / dok.pri

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Malang senantiasa mewujudkan visi pembentukan pendidik yang tidak hanya berkualitas akademis, tetapi juga penuh dengan nilai-nilai keberagaman dan harmoni. Sebagai bagian dari komitmen ini, mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 diwajibkan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Wawasan Kebinekaan Global (Diklat WKG) yang diselenggarakan secara luring dari tanggal 9 sampai 12 Januari 2024 sesuai dengan jadwal per setiap jurusan. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling mendapatkan jadwal pada hari Selasa, 9 Januari 2024. Kegiatan dimulai dari pukul 07.00 hingga 14.30 WIB dan bertempat di Gedung Kuliah Bersama A20-505 Universitas Negeri Malang.

Kegiatan ini bukan sekadar pendidikan dan pelatihan, tetapi merupakan perjalanan introspeksi diri dan peningkatan pemahaman terkait pentingnya membawa kebhinekaan ke dalam dunia pendidikan. Pelaksanaan diklat ini difasilitasi oleh dua narasumber ulung, Ibu Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd. dan Ibu Irene Maya Simon, S.Pd., M.Pd., yang memberikan pencerahan melalui materi-materi yang mendalam dan inspiratif. Melalui serangkaian materi, mulai dari "Dunia Yang Berwarna", "Indonesia Harmoni", "Damai Dimulai dari Diri", "Sekolahku Bhineka", hingga "Sekolahku yang Damai," mahasiswa dibimbing untuk memahami esensi keberagaman dan bagaimana merajutnya dalam keseharian pendidikan.

Kegiatan ini merupakan perjalanan introspeksi diri dan peningkatan pemahaman terkait pentingnya membawa kebhinekaan ke dalam dunia pendidikan. Artikel ini akan membahas secara rinci setiap materi yang disampaikan, serta merinci refleksi dan dampaknya terhadap perkembangan profesionalisme kami sebagai calon pendidik. 

Suasana pemaparan materi / dok.pri
Suasana pemaparan materi / dok.pri

Materi 1 - Dunia Yang Berwarna

Materi pertama oleh Ibu Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd. membuka mata kami terhadap keberagaman dunia yang begitu kaya. Beliau mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dan merangkul keragaman sebagai aset positif dalam dunia pendidikan. Kami memahami bahwa sebagai calon pendidik, kami memiliki peran sentral dalam membentuk sikap inklusif dan toleran pada generasi mendatang. Dalam sesi yang mendalam ini, kami diajak untuk menjelajahi dunia yang penuh warna melalui kajian tentang beragam budaya, tradisi, dan bahasa yang ada di berbagai belahan bumi. Materi ini tidak hanya memaparkan fakta dan statistik, tetapi juga membawa kami pada perjalanan visual yang menghidupkan keragaman tersebut dengan cerita, gambar, dan realitas yang menggugah. Ketika berbicara tentang "Dunia yang Berwarna," kami tidak hanya diberikan pemahaman tentang keberagaman, tetapi juga dihadapkan pada konsep penting mengenai penghormatan terhadap perbedaan. Kami ditekankan untuk menyadari bahwa kekayaan yang dimiliki oleh dunia ini adalah karena adanya perbedaan, dan kebijaksanaan sejati adalah dapat menghargai dan merayakan setiap nuansa keberagaman.

Melalui materi ini, kami menyadari bahwa sebagai calon pendidik, kami memiliki tanggung jawab untuk membimbing peserta didik dengan perspektif yang inklusif dan mendorong mereka untuk menjadi warga dunia yang cerdas dan peka terhadap perbedaan. Perjalanan ini juga memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana keberagaman dapat menjadi sumber kekuatan dan inovasi. Dengan demikian, materi "Dunia yang Berwarna" dalam Diklat WKG ini telah melahirkan kesadaran baru dalam diri kami dan membentuk landasan penting dalam praktik bimbingan dan konseling kami di masa depan. Melalui pemahaman ini, kami yakin dapat memberikan kontribusi positif dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan dalam dunia yang penuh warna ini.

Materi 2 - Indonesia Harmoni

Pada materi kedua, "Indonesia Harmoni," memberikan wawasan tentang kekayaan budaya Indonesia. Dalam sesi ini, kami diajak untuk meresapi keunikan harmoni yang melandasi keberagaman di Indonesia, sekaligus penekanan bahwa memahami dan menghargai keragaman di tanah air adalah kunci untuk membangun harmoni dan persatuan. Materi ini memberikan perspektif mendalam tentang pentingnya menjaga dan memelihara persatuan dalam keragaman, terutama di dunia pendidikan. Salah satu poin sentral dalam materi "Indonesia Harmoni" adalah betapa pentingnya saling menghargai dan memahami antar-etnis dan agama. Sesi ini memberikan kami gambaran nyata tentang prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan landasan utama dalam membentuk karakter bangsa yang toleran dan damai.

Materi ini membuka mata kami terhadap potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara yang dipenuhi oleh keberagaman. Pentingnya mendukung dan melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang merayakan keberagaman, seperti festival budaya, festival kuliner, teater kedaerahan, dan dialog antar-agama. Kami merasa terdorong untuk mengintegrasikan nilai-nilai harmoni ini di sekolah, sehingga peserta didik dapat tumbuh menjadi individu yang menghargai keberagaman dan mampu hidup berdampingan dalam keharmonisan. Selain itu, refleksi materi ini membawa pada kesimpulan bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter yang dapat berkontribusi pada masyarakat yang adil dan berdampingan secara damai. Kami merasa semakin bertanggung jawab untuk menjadi agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan menginspirasi rasa cinta tanah air yang berbasis pada harmoni.

Materi 3 - Damai Dimulai dari Diri

Pada materi ketiga, Ibu Irene Maya Simon, S.Pd., M.Pd. memaparkan bagaimana perdamaian sejati harus dimulai dari diri sendiri. Kami diajak untuk merenung dan mengenali peran masing-masing dalam menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis. "Damaikan diri, damaikan dunia" menjadi inti dari materi ini, di mana kami diajak untuk merenung tentang bagaimana pengembangan diri yang damai dapat memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar. Narasumber kami secara lugas membahas pentingnya menemukan kedamaian dalam diri sendiri sebelum dapat memberikannya kepada orang lain. Refleksi pribadi menjadi titik fokus dalam kegiatan ini. Kami diminta untuk mengidentifikasi dan memahami sumber ketegangan dalam diri masing-masing, serta mencari solusi konstruktif untuk menyelesaikannya. Sesi ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pengendalian diri, empati, dan komunikasi yang efektif sebagai langkah awal menuju perdamaian yang berkelanjutan. Melalui materi "Damai Dimulai dari Diri," kami menyadari bahwa untuk menciptakan dunia yang lebih damai, setiap individu harus berkontribusi dengan membawa keharmonisan dan kebijaksanaan dalam setiap tindakan dan kata-kata mereka. Sebagai seorang calon Guru BK, kami melihat betapa pentingnya membekali diri dengan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri untuk bisa memberikan layanan yang efektif kepada peserta didik.

Materi 4 - Sekolahku Bhineka

Materi keempat, "Sekolahku Bhineka," memberikan wawasan tentang betapa pentingnya menciptakan sekolah yang menerima dan menghormati keberagaman peserta didik. Narasumber kami memberikan contoh konkret tentang program-program inklusif yang dapat diterapkan di sekolah untuk meningkatkan rasa kebersamaan di antara peserta didik. Sesi "Sekolahku Bhineka" mengangkat berbagai aspek, termasuk diversitas etnis, budaya, dan kemampuan, serta memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya menciptakan kebijakan dan program yang mendukung semua peserta didik tanpa memandang perbedaan. Kami diajak untuk merenung tentang peran kami sebagai calon Guru BK dalam memfasilitasi layanan BK yang berorientasi inklusif dan membangun iklim sekolah yang aman, mendukung, dan ramah bagi semua. Salah satu poin refleksi yang menarik adalah bahwa inklusivitas bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif seluruh staf sekolah, peserta didik, dan orang tua. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang mempromosikan dialog terbuka, saling pengertian, dan rasa hormat terhadap keberagaman.

Suasana saat bermain game / dok.pri
Suasana saat bermain game / dok.pri

Materi 5 - Sekolahku yang Damai

Materi terakhir mengajarkan konsep bahwa sekolah yang damai merupakan hasil dari usaha bersama. Materi ini mengulas strategi konkrit yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perdamaian dan keberagaman. Materi ini membahas konsep sekolah sebagai tempat yang mempromosikan perdamaian, bukan hanya sebagai suatu kondisi ketiadaan konflik. Kami diberikan wawasan tentang pentingnya menciptakan budaya damai melalui pembelajaran yang membangun pemahaman, toleransi, dan keterampilan resolusi konflik di antara peserta didik. Sesi ini memberikan gambaran konkret tentang bagaimana pendidik dapat menjadi agen perubahan yang mendorong sikap positif dan mendamaikan. Materi "Sekolahku yang Damai" telah membuka mata kami terhadap peran sentral pendidikan dalam membentuk karakter dan nilai-nilai perdamaian di kalangan peserta didik. Kami menyadari bahwa sebagai calon pendidik, tanggung jawab kami tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk sikap dan perilaku yang mencerminkan kedamaian.

Suasana belajar menggunakan media / dok.pri
Suasana belajar menggunakan media / dok.pri

Melalui perjalanan yang penuh makna dalam Pendidikan dan Pelatihan Diklat WKG, kami sebagai mahasiswa PPG Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Malang, telah menggali kekayaan nilai keberagaman yang dapat membentuk pondasi pendidikan yang inklusif dan harmonis. Setiap materi yang diberikan diselingi dengan permainan yang membuat kami tetap semangat dan hadir secara penuh dalam kegiatan. Setiap mahasiswa terlibat dalam permainan simulasi yang mambuat kami semakin memahami maksud dan tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh Narasumber.

"Kami merasa lebih siap dan termotivasi untuk menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, beragam, dan damai. Diklat WKG ini merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi kami sebagai calon pendidik." Ujar Zaenal Arifin, salah satu mahasiswa PPG BK. Melalui pemahaman yang lebih mendalam terkait keberagaman, kami yakin dapat memberikan kontribusi positif dalam mendukung visi Indonesia sebagai negara yang harmonis dan bersatu dalam perbedaan.

"Diklat WKG mengajarkan kami bahwa dunia ini memang berwarna, dan keberagaman merupakan aset yang tak ternilai." Ungkap Melia Yulanda. Kami pun menyadari pentingnya menciptakan kesadaran global dan mengintegrasikannya dalam kurikulum pendidikan tidak hanya membentuk peserta didik yang cerdas secara akademis, tetapi juga membentuk karakter yang mampu bersikap inklusif, toleran, dan mampu bekerja sama dalam lingkungan yang beragam. "Kami berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai ini dalam praktik layanan BK dan menjadi teladan bagi generasi yang akan datang." Ujar Ria Rizka Awalliya usai refleksi setelah diklat.

Indonesia, dengan segala harmoninya, memberikan teladan tentang bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Konsep bahwa perdamaian sejati dimulai dari diri sendiri menjadi panggilan untuk refleksi dan perubahan positif dalam diri kami. Diklat WKG ini mengajarkan kami bahwa ruang pendidikan bukanlah tempat untuk merayakan perbedaan semata, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun pemahaman dan toleransi. Setiap peserta didik memiliki tempatnya sendiri, dan menghargai keberagaman adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Terakhir, pemahaman bahwa "Sekolahku yang Damai" bukanlah sekadar impian, tetapi sebuah tujuan yang dapat diwujudkan melalui tindakan nyata. Pembinaan karakter dan keterampilan resolusi konflik bukan hanya tugas guru, tetapi tanggung jawab bersama seluruh komunitas pendidikan.

Sebagai mahasiswa PPG Prajabatan Bimbingan dan Konseling, kami merasa diberkati karena telah diberikan kesempatan untuk menggali pemahaman lebih dalam tentang keberagaman dan bagaimana kami dapat membawa nilai-nilai ini ke dalam praktik pendidikan kami di masa depan. Semoga artikel ini tidak hanya menjadi catatan perjalanan kami, tetapi juga menjadi inspirasi bagi siapapun yang membacanya untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia pendidikan yang lebih inklusif, harmonis, dan damai. Mari bersama-sama menjadikan keberagaman sebagai sumber kekuatan untuk mencapai perubahan positif dalam pendidikan. Terima kasih atas pengalaman yang tak terlupakan dalam Diklat WKG ini, semoga keberagaman terus menjadi warna yang memperindah dunia pendidikan kami. (Malang, 12/1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun