Indonesia, dengan segala harmoninya, memberikan teladan tentang bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Konsep bahwa perdamaian sejati dimulai dari diri sendiri menjadi panggilan untuk refleksi dan perubahan positif dalam diri kami. Diklat WKG ini mengajarkan kami bahwa ruang pendidikan bukanlah tempat untuk merayakan perbedaan semata, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun pemahaman dan toleransi. Setiap peserta didik memiliki tempatnya sendiri, dan menghargai keberagaman adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Terakhir, pemahaman bahwa "Sekolahku yang Damai" bukanlah sekadar impian, tetapi sebuah tujuan yang dapat diwujudkan melalui tindakan nyata. Pembinaan karakter dan keterampilan resolusi konflik bukan hanya tugas guru, tetapi tanggung jawab bersama seluruh komunitas pendidikan.
Sebagai mahasiswa PPG Prajabatan Bimbingan dan Konseling, kami merasa diberkati karena telah diberikan kesempatan untuk menggali pemahaman lebih dalam tentang keberagaman dan bagaimana kami dapat membawa nilai-nilai ini ke dalam praktik pendidikan kami di masa depan. Semoga artikel ini tidak hanya menjadi catatan perjalanan kami, tetapi juga menjadi inspirasi bagi siapapun yang membacanya untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia pendidikan yang lebih inklusif, harmonis, dan damai. Mari bersama-sama menjadikan keberagaman sebagai sumber kekuatan untuk mencapai perubahan positif dalam pendidikan. Terima kasih atas pengalaman yang tak terlupakan dalam Diklat WKG ini, semoga keberagaman terus menjadi warna yang memperindah dunia pendidikan kami. (Malang, 12/1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H