Mohon tunggu...
Ronald Suwardi
Ronald Suwardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Nusa Cendana, Kupang

deposuit potentens de sede et exaltavit humiles

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pahlawan Menggugat

27 November 2023   18:45 Diperbarui: 27 November 2023   18:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam debur waktu dan gemuruh rindu

Kukira, perjuanganku telah utuh

Setelah Nafasku direnggut dari tubuh demi hidup yang sungguh hidup

Setelah darahku tenggelam dalam rahim bumi bersatu

Menyuburkan segala yang ditanam agar tumbuh

Sebab darahku telah tumpah di atas tanah merdeka dengan tunas-tunas yang merekah

Padanya tumbuh benih-benih pejuang berhati tangguh dan pembebas kaum yang terlindas angkuh

Aku kira, aku tidak akan pernah gugur

lalu pudar dalam riuh pembangunan yang makmur

Walau harus kehilangan nyawa setelah tuntas separuh rencana dalam tubuh yang diredam timah panas

namaku akan mekar beraroma di setiap musim dan senantiasa harum di sudut-sudut zaman yang ranum

Pikirku, bukanlah pikiran mereka.

Sebab mereka tak memikirkan apa yang mati-matian kupikiri

Apalah artinya merdeka?

Jika darah yang tumpah dalam serakah para penjajah

Hanyalah kematian semata tanpa makna sebab kalian buta mata

Tiang-tiang bendera hanya mengibarkan kebebasan penuh celaka

Sebab mental penjajah melekat erat dalam jiwa anak-anak darah

Korupsi, diskriminasi, intoleransi tumbuh tanpa jeda

Seolah-olah derita hanyalah isyarat yang biasa-biasa saja

Mulut kalian penuh dengan kebusukan

Janji-janji kepalsuan begitu mudah diucapkan

Dulu, kata merdeka kuteriakkan untuk mengusir para iblis kolonialis,

Kini kalian agungkan sekedar untuk mencari sensasi di panggung politik demi sesuap nasi dengan mengemis pada kapitalis

Apalah bedanya kalian dengan para penjajah? 

Senjata dan strategi perang yang dahulu kupakai untuk membinasakan penjajah, kini kalian pakai untuk mematikan saudara sedarah dan setanah

Dahulu, kemerdekaan dan kebebasan dirampas dengan sekuat tenaga dari penjajah demi anak-cucuku

Kini hanyalah kemerdekaan dan kebebasan tanpa batas

sampai mereka lepas merdeka dan melupakanku dengan bebas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun