" Kecewa tidak ada gadis kresek, atau kecewa tidak bertemu pemeran film gadis kretek, pak? " Tanya Kompasianer wanita kelima, sebut saja namanya Bunga.
" Ah, enggak. Kompasianival adalah acara wajib saya datangi tiap tahun kalau tidak ada peristiwa luar biasa lain yang lebih penting. Ini sejenis perayaan kreatifitas menulis tahunan dan reuni para pejuang literasi yang paling spektakuler di Indonesia. Bukan gadis kretek, gadis kresek, gadis peyek, gadis pesolek ataupun gadis golak golek yang saya cari disini. Tapi semangat berliterasinya yang sangat memberi energi untuk memperjuangkan keabadian." Kataku dengan gaya deklamasi.
"Amazing, pak. Semangat berliterasi paling keren yang saya dengar. Ya, sudah, kita jogetin aja...." Kata Kompasianer wanita keenam yang saya ajak bicara tanpa sempat tanya namanya, sebut saja namanya Mawar.
Lelah ikut "Kompasiana Clinic", mendengar tutorial bikin novel, bikin film, game seru, pengumuman juara sampai joget-joget bareng, tibalah saatnya bubaran.
"Sampai jumpa tahun depan ya, pak. Bapak kompasianer luar Jawa yang paling sering saya lihat di Kompasianival." Kata kompasianer wanita ketujuh yang saya lupa namanya dan saya tidak mau sebut saja namanya dengan nama bunga-bungaan. Untuk yang satu ini saya harus jelas namanya.
" Maaf, mbak. Beberapa kompasianival terakhir kita selalu bertemu dan berbicara, tetapi jujur saya belum tahu namanya. Kenalkan, nama saya Plot..." Kataku secara resmi mengulurkan tangan. Enam kompasianer wanita lain aku sanggup pura-pura kenal dan menyebut namanya bunga-bungaan tetapi yang satu ini beda.
" Oh, bapak memang pelupa atau memang tipe hanya suka berdiskusi tanpa perlu tahu nama. Oke, tidak apa-apa, perkenalkan nama saya Twist..." Si kompasianer wanita ketujuh ini tersenyum manis sekali.
"Eureka!!!"Â Teriakku kesenangan sambil loncat-loncat kegirangan.
"Ada apa pak?" Dari kompasianer wanita pertama,kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, ke selanjutnya pun menoleh dan bertanya nyaris bersamaan.