" Tidak bawa tumbler, pak?" Tatap si gadis menatapku penuh selidik. Ini Kompasianer wanita pertama yang kuajak bicara di acara ini.
"Enggak, mbak. Saya pikir ada jualan air mineral di Kompasianival ini di stand makanan. Sudah tidak boleh lagi, ya?" Tanyaku.
"Iya, Kompasianival ini temanya anti plastik-plastik terutama untuk makanan dan minuman. Makanya itu di setiap sudut ada banyak galon air dan jauh-jauh hari sudah disuruh peserta membawa  tumbler." Â
Katanya tetap ramah walau tetap saja aku merasa tersudut karena seolah tidak ikuti rambu-rambu panitia yang menjunjung tinggi semangat berkelanjutan serta hijau dan anti plastik.
Dan kata kunci tumbler itu juga yang menjadi syarat pertama untuk mendapatkan hadiah jaket keren di Kompasianival 2 November 2024 yang aku ingin sekali memilikinya, tetapi dicetak terbatas hanya untuk yang memesan jauh-jauh hari dan untuk hadiah-hadiah kepada pembicara dan game seru seperti yang terekam kameraku.
Walau agak kecele itu jaket tidak dijual, tetapi minimal aku bisa merekam berbagai cerita tentang proses kreatif membuat novel "Gadis Kretek" yang mengisahkan suka duka romantika seorang gadis di keluarga yang ada bisnis rokok kreteknya. Novel tahun 2012 itu diangkat ke layar kaca di beberapa tahu terakhir.
Karena haus dan tidak membawa wadah minum, terpaksalah aku membeli sejenis susu coklat dengan wadah plastik agak tebal di luar gedung yang dapat dipakai beberapa kali isi ulang. Maklum, acara ini berlangsung 10 jam dan kurang lebih harus minum 2 sampai 3 liter karena banyaknya aktifitas disana.
" Biasanya ada banyak anak gadis berkeliling membawa minuman air mineral, soft drink di kantong plastik kalau di konser-konser, sering kupanggil gadis kresek. " Kataku sambil ketawa.
" Mana ada disini, pak. Anti sampah plastik ini kompasiana. " Celetuk kompasianer wanita kedua yang minta difoto bersama temannya kompasianer wanita ketiga dan keempat. Ah, ceria sekali mereka, seperti semua beban kerja atau beban hiruk-pikuk sosial, politik, ekonomi dan pilkada lenyap seketika dikala ada kesempatan bereuni bersama lima juta dua ratus ribuan Kompasianer yang ternyata hanya sempat hadir diwakili oleh hanya 300-an orang.
" Kecewa tidak ada gadis kresek, atau kecewa tidak bertemu pemeran film gadis kretek, pak? " Tanya Kompasianer wanita kelima, sebut saja namanya Bunga.
" Ah, enggak. Kompasianival adalah acara wajib saya datangi tiap tahun kalau tidak ada peristiwa luar biasa lain yang lebih penting. Ini sejenis perayaan kreatifitas menulis tahunan dan reuni para pejuang literasi yang paling spektakuler di Indonesia. Bukan gadis kretek, gadis kresek, gadis peyek, gadis pesolek ataupun gadis golak golek yang saya cari disini. Tapi semangat berliterasinya yang sangat memberi energi untuk memperjuangkan keabadian." Kataku dengan gaya deklamasi.
"Amazing, pak. Semangat berliterasi paling keren yang saya dengar. Ya, sudah, kita jogetin aja...." Kata Kompasianer wanita keenam yang saya ajak bicara tanpa sempat tanya namanya, sebut saja namanya Mawar.
Lelah ikut "Kompasiana Clinic", mendengar tutorial bikin novel, bikin film, game seru, pengumuman juara sampai joget-joget bareng, tibalah saatnya bubaran.
"Sampai jumpa tahun depan ya, pak. Bapak kompasianer luar Jawa yang paling sering saya lihat di Kompasianival." Kata kompasianer wanita ketujuh yang saya lupa namanya dan saya tidak mau sebut saja namanya dengan nama bunga-bungaan. Untuk yang satu ini saya harus jelas namanya.
" Maaf, mbak. Beberapa kompasianival terakhir kita selalu bertemu dan berbicara, tetapi jujur saya belum tahu namanya. Kenalkan, nama saya Plot..." Kataku secara resmi mengulurkan tangan. Enam kompasianer wanita lain aku sanggup pura-pura kenal dan menyebut namanya bunga-bungaan tetapi yang satu ini beda.
" Oh, bapak memang pelupa atau memang tipe hanya suka berdiskusi tanpa perlu tahu nama. Oke, tidak apa-apa, perkenalkan nama saya Twist..." Si kompasianer wanita ketujuh ini tersenyum manis sekali.
"Eureka!!!"Â Teriakku kesenangan sambil loncat-loncat kegirangan.
"Ada apa pak?" Dari kompasianer wanita pertama,kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, ke selanjutnya pun menoleh dan bertanya nyaris bersamaan.
"Aku telah menemukannya. Aku baru saja menemukan cerita yang ada Plot- Twist-nya..." Kataku sambil meloncat-loncat kegirangan lagi. Kusalami mereka semua yang melongo tetapi membiarkanku tetap berlalu.
" Ealah... Kayaknya ada peserta Kompasiana Clinic tentang plot twist di cerpen salah tangkap....." Kata mentor Kompasiana Clinic Erry Yulia Siahaan sambil geleng-geleng kepala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H