Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Demi Java Jazz Festival, Tika Panggabean Rela Kepanasan Pakai Jas di Panggung "Outdoor"

30 Mei 2024   05:12 Diperbarui: 30 Mei 2024   05:36 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokumentasi Kompal

Hari ketiga Java Jazz Festival (JJF) 26 Mei 2024 tetap dengan 11 panggungnya dan 41 sesi penampilan. Dalam satu sesi penampilan dapat saja hanya dibawakan oleh 1 penyanyi atau satu grup band ataupun banyak penyanyi atau grup. Misalnya di sesinya Bebi Romeo, ada juga bintang tamunya Moneva, Afgan dan Sabila (anak Bebi yang mulai naik daun). Secara lengkap daftar dan jadwal penampil di JJF adalah seperti di bawah ini.

Sumber JJF Schedule
Sumber JJF Schedule


Dengan komposisi sedemikian, maka praktis dalam rentang waktu 16.15 sampai pukul 23.30, 7 jam lebih kurang maka seorang penggemar jazz di ajang ini hanya dapat menikmati maksimal 10-an sesi sambil lari kesana kemari dan berdesak-desakan atau hanya menonton 2-4 penyanyi saja dengan santai tanpa harus sayang dengan harga tiket yang 900 ribuan sehari kalau dibeli "onsite". Adegan saya lari-lari sambil merekam Project Pop yang baru mulai dapat dilihat diatas.


Kalau saya sih tipe tak mau rugi, sudah jauh-jauh dari Palembang, buang waktu dan biaya, masak mau bersantai-santai di ajang ini, maka dengan semangat 45, begitu masuk ke arena Jiexpo Kemayoran Jakarta, maka langsung merekam penyanyi baru Alex Teh yang beruntung bisa tampil di ajang ini walau di panggung paling minimalis. 

Penyanyi ini duet dengan Meda Kawu yang lebih senior di jazz, instagram Alex Teh saja subscribernya baru 1600an orang tapi bukan tidak mungkin 5 tahun lagi dia jadi trend di tiktok, ya rekam aja dulu sekarang.


Pukul lima sore berlarianlah aku ke panggung Teh Botol Sosro yang jaraknya 100-an meter dari panggung sebelumnya untuk menonton Teman Sejawat, dokter bedah plastik, Tompi yang suaranya cakep dan juga komposisi musiknya di JJF ini sangat "maknyus". Baru 1 hari aku upload di youtube, lagu "Menghunjam Jantungku" rekamanku sudah ditonton 4000-an views.


Tompi ternyata punya anak bernama Aisyah yang juga pintar menyanyi, katanya mau meluncurkan album juga dan itulah "privillage" anak penyanyi sekaliber Tompi, dapat langsung tampil di panggung yang ditonton ribuan orang dengan tidak perlu repot-repot, mudah-mudahan ikuti jejak jadi penyanyi yang keren dan mengejar ilmu sekolahan dengan baik pula. Tapi nanti kalau sudah ngetop jangan diwawancara ngaku memulai karir dari "nol", ya. Gak bolehlah, harus jujur ada unsur nama bapak juga.


Gak mau kalah sama Tompi, om Bebi Romeo pun menghadirkan anak gadisnya, Sabila di panggung dan kabarnya bakalan buat album juga. Panggung "BNI Hall" ini malah dapat memuat 5000-an orang dan sepertinya hampir penuh karena Bebi Romeo selain mengajak anaknya Sabila berduet, juga menghadirkan bintang tamu Afgan dan Moneva.


Terkhusus Afgan yang sepertinya sangat menganggap Bebi Romeo berjasa dalam karirnya, karena lagu-lagunya yang "everlasting" atau "sing along" kebanyakan ciptaan Bebi Romeo. Bahkan lagu " Sadis" yang tenar tahun 2008-an baru dapat diselesaikan Bebi Romeo setelah ketemu Afgan, padahal lagu itu sudah terkatung-katung 2 tahun tidak selesai-selesai bagian refreinnya.


Bang Bebi Romeo ini ada cerita unik lagi dari lagu yang sangat ditakutinya menyanyikan di depan istri yaitu "Aku Cinta Kau Dan Dia" yang dipopulerkan Ahmad Band. Ini lagu musiknya dibuat Bebi Romeo dan liriknya dibuat Ahmad Dhani yang ternyata sangat digandrungi oleh masyarakat waktu itu dan sampai sekarang. Walau Bebi merasa liriknya "ngeri-ngeri sedap" tetapi karena akhirnya populer dan enak didengar entah karena musik atau liriknya, maka dia dengan bangga menyanyikannya malam itu.


Kembali ke jazz yang sesungguhnya, pemusik-pemusik latin seperti Brazil, Argentina dan sebagainya sangat banyak yang menekuni musik jazz yang ceria ala-ala dansa samba seperti lagu yang dibawakan Eliane Elias "So Danco Samba". Yang ngerti jazz silahkan nikmati, yang tidak mengerti ya skip aja.


Sambil menunggu Project Pop tampil pukul 21.30 di panggung "outdoor", saya sempatkan menonton cowok-cowok Korea Selatan yang pemalu main jazz. Jangan harap akan melihat tarian ala-ala K-Pop disini ya, walau musiknya cukup asik namun liriknya cukup pelit.


Kembali ke judul, Tika Panggabean dan grup musik lawaknya Project Pop yang anggota lainnya: Gumilar Nurochman (Gugum), Wahyu Rudi Astadi (Odi), Muhammad Fachroni (Oon, almarhum tahun 2017), Djoni Permato (Udjo), Hermann Josis Mokalu (Yosi) dan Hilman Mutasi (Hilman, keluar tahun 2000) akhirnya pertama kali diundang di JJF 2024.


Entah gurauan atau serius kelima personil itu mengaku "ke-ge-eran" diundang ke hajatan jazz terbesar di Asia Tenggara ini, mengira mereka akan tampil  indoor  tetapi apa daya ternyata  outdoor  dan memakai kostum elegan jas-jasan begitu deh, tetapi sangkin panasnya cuaca, maka lama-lama jas para personil Project Pop dilepas.


Selain menyanyi, kelima personil Project Pop ini sebenarnya komedian yang cerdas dan kelucuan-kelucuan mereka tetap dapat didengarkan sepanjang sessi antar lagu. Tak lupa bagi-bagi baju sama hadiah lain dilakukan untuk membuat penonton tambah menjerit histeris.


Dan secara musikalisasi ternyata ada beberapa lagu mereka yang sebenarnya ada unsur jazznya seperti di lagu "Coconut" di atas, lalu band pengiring merekapun kali ini terasa benar gaya jazz-nya, bahkan lagu Project Pop yang gayanya dangdut atau orkes melayu dengan cantik dibuat jazzy seperti dibawah ini.


Secair itukah musik jazz? Atau memang JJF 2024 sudah menge-popkan diri karena kurangnya pemusik-pemusik jazz murni bertahan tetap ngejazz sementara pembeli karcis sebenarnya bukan para penikmat jazz murni tetapi hanya tertarik penyayi-penyanyi viral di tiktok atau IG di Indonesia?

Entahlah, yang pasti walaupun terjadi pergeseran-pergeseran genre penyanyi lebih ngepop tetapi JJF tetap menjadi agenda musik tahunan yang diincar banyak turis manca negara, karena saat menunjukkan kartu identitas, banyak yang mengeluarkan paspor mereka bukan KTP dan kalau mengobrol banyak yang berbahasa Malaysia, Inggris, Thailand dan sebagainya. Inilah yang membuat JJF harus tetap didukung karena alasan devisa, citra bangsa dan lain sebagainya.

Sampai jumpa di JJF 2025, mudah-mudahan sampai 10 tahun ke depan ini menjadi agenda wajib saya pribadi selain datang ke Kompasianival yang saya ikuti hampir rutin kecuali ada agenda mendesak lainnya.

Sumber Dokumentasi Kompal
Sumber Dokumentasi Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun