Kalau dahulu kami selalu ditekankan pasien harus dianamnesa (wawancara) yang mendetail dari identitas, lalu riwayat keluarga, riwayat penyakit dan riwayat pengobatan, maka sekarang langsung kita menanyakan riwayat perjalanan sebulan terakhir dan riwayat kontak dengan orang dalam pengawasan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP).
Pemeriksaan fisik yang tadinya lengkap dari ujung rambut ke ujung kaki, yang bisa memakan waktu 10-20 menit, sekarang hanya fokus ke suhu badan dan langsung ke tempat sakitnya.
Untuk daerah hidung dan mulutpun kita usahakan hanya menanyakan keluhan dan tidak memegangnya langsung karena si pasien sedapat mungkin tetap bermasker. Praktis hanya 5 menitan karena kontak erat lebih 10 menit sangat dihindari.
Belakangan, rumah sakit yang tadinya tidak menyarankan konsultasi dokter via aplikasi di smartphone yang marak terjadi, meniru cara tersebut dengan alasan mengurangi kontak pasien dan dokter. Akan tetapi bagi pasien, khususnya pasien kronis, tetap jangan putus obat sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih parah seperti "stroke", serangan jantung, dan cuci darah.
Caranya, pasien mendaftar secara online ke rumah sakit melalui media sosial yang ditunjuk, lalu membayar uang konsultasi. Kemudian oleh rumah sakit diarahkan bertanya kepada dokter secara online.
Bila ada perlu diberikan obat, dibuat resep ke farmasi, pasiennya membayar dahulu, kalau sudah terkonfirmasi bayar obat akan disiapkan dan diantar melalui mekanisme delivery tertentu.
Cara ini dinamai "telemedicine" yang menjadi andalan semasa pandemi ini yang masih diperdebatkan manfaat dan risikonya. Beberapa risiko yang dapat terjadi:
1. Kurangnya ketelitian penegakkan diagnosis. Dokter hanya mengandalkan wawancara dan melihat saja, kalau ada alat untuk melihat kelainan di tubuh pasien.
Mungkin ada beberapa tehnik mendengarkan jantung atau suara napas yang ditempelkan alat ke dada tetapi tetap tidak sebaik pemeriksaan langsung. Sangat dibutuhkan intuisi dan jam terbang dokter di bagian ini.
2. Untuk pasien lama, yang sudah biasa berobat, mungkin catatan medis lama dapat membantu tetapi untuk pasien baru maka kemungkinan ada salah diagnosis dan pengobatan dapat semakin besar.
3. Untuk pasien pecandu obat tidur atau NAPZA, cara ini dapat saja disalahgunakan untuk memenuhi keinginannya. Dengan alasan sakit tak tertahan atau tidak tidur 7 hari.