"Buat narasi perbandingan gaji dokter yang kalah dengan PSK (pekerja seks komersial) "online". Dokter profesi yang mulia gajinya ada yang dibawah 3 juta sebulan, sementara PSK "OL" dapatnya 80 juta per 10 menit keringatan....."Cetus Mr. Bond, konsultan Politik bule calon presiden Loroh di Negeri Gemah Ripah Lohjinawi (disingkat NEGERILOH), yang  sudah mau habis-habisan di pemilihan kali ini.
"Saya sebenarnya memikirkan gaji dokter yang kalah dengan "ojek online" saja, Mr. Bond. Gaji dokter baru tamat hanya 3 jutaan sebulan, sementara pengojek aplikasi yang rajin dapat saja 6 juta sebulan.. " Bung Loroh tahu teori memakai data-data "jemplang" untuk membuat berita viral, tetapi tidak sampai seheboh usul konsultan bule yang berhasil membuat seorang pengusaha kontroversial di Negeri Barat sana menjadi presiden yang sangat mengguncang dunia.
"Bung Loroh, tugas saya disini bukan menjanjikan anda terpilih menjadi presiden, karena biayanya akan sangat mahal, 25 trilyunan mata uang ripah (mata uang NEGERILOH). Itu perlu ratusan ribu kotak suara yang sama persis dengan kotak suara resmi dengan isi surat suara yang sudah tercoblos ratusan kontainer dengan perbandingan 60 % suara ke anda dan 40% suara ke lawan anda, perlu mobil pengangkut kotak suara 3000-an yang sama persis dengan mobil resmi dari penyelenggara pemilihan dan uang menyogok 3000-an supir resmi untuk menukar mobil pengangkut kotak suara asli dengan yang palsu. Belum lagi petugas-petugas di lapangan 100 ribuan orang yang "goyang", dapat saja kita kuasai." Mr. Bond menarik napas dahulu, sambil minum segelas wiski sampai habis.
"Ya, memang saya tidak memilih yang semahal itu. Calon presiden Negeri Barat uangnya sih tidak ada batas, kalau saya masih minta-minta sama simpatisan, eh, mereka masih ragu memberi, tidak yakin saya bakal menang..."Bung Loroh menunduk agak sedih.
"Nah, itu tadi. Dengan bayaran hanya 20 milyar ripah, saya hanya dapat membuat "image" anda viral dan sering dibicarakan di negeri ini, supaya tim "cyber army" anda dapat membuat semacam "cuci otak" kepada rakyat yang sering memakai internet, selanjutnya untuk rakyat kecil di desa-desa, isu itu juga menjadi bagian penting membuat nama anda lebih diingat dari nama pak Sijih, rival anda." Bond meneguk segelas wiskinya lagi, di umurnya yang sudah 60 tahunan, dia tidak mungkin lagi menjalankan aksi seperti superhero, berloncatan, tembak sana-sini untuk mengalahkan lawan. Di masa kini, intelejensi itu memakai manipulasi data, memutar balikan statistik, menciptakan isu yang "jemplang" tetapi "nendang" adalah yang terpenting.
"Jadi, saya harus membuat pidato itu, ya? Membandingkan dokter dengan PSK "OL", apa tidak bisa insinyur dengan petani atau pilot dengan atlit bulu tangkis, misalnya?"Loroh agak berat hati, dipandanginya botol wiski tuan Bond yang masih setengah botol, ingin dia meminumnya, tetapi takut nanti kena "stroke", karena kolesterolnya sudah diatas 300 di pemeriksaan kesehatan terakhir.
"Harus. Kalau tidak, sudah tidak ada harapan lagi. Hampir 60% rakyat sudah jatuh cinta dengan pak Sijih, karena dia terkesan sederhana, itu saja. Kita targetkan kehebohan dan isu yang aneh, sehingga rakyat yang tadinya berpikir dengan sederhana mulai penasaran dengan anda. Rasa penasaran itu sudah dapat menjadi alasan untuk isu-isu selanjutnya. Jadi kalau anda menjadi trending topic di internet sepanjang 2 bulan terakhir, maka nama pak Sijih akan tenggelam, otomatis yang terbayang di mata rakyat hanya nama yang sering dia baca dan dengar, bukan nama yang dia dulunya sukai." Bond dengan senyumannya yang khas, meminum sisa wiskinya setengah botol tanpa gelas lagi dan berlalu ditemani satu gadis cantik yang sedang menjemput rejeki awal tahun.
Bung Loroh pun akhirnya pidato dengan gagah berani, isi pidatonya yang membandingkan dokter dengan PSK "online" itupun viral dan dibahas sampai ke lorong-lorong kampung, warung-warung pinggir jalan dan di persawahan, "polling" namanyapun mulai merangkak naik, membuat selisih keterpilihan mereka di berbagai survey sangat tipis 37-40% dengan 25-30% suara mengambang.
"Saya harus buat pidato kontroversial jugakah?"Tanya pak Sijih pasrah.
"Ya, buatlah pidato perbandingan juga, tetapi antara PSK jalanan dengan Doktor honoris causa."Kata Mr. Temi.
"Soal perbandingan pendapatannya?" Pak Sijih tambah penasaran.
"Bukan, tetapi cara mendapatkan gelarnya. PSK jalanan mendapatkan gelarnya dari jalanan, doktor honoris causa mendapatkan gelarnya dari kampus-kampus." Mr. Temi tersenyum manis dengan giginya yang sebagian sudah diganti titanium.
"Lho, itu,kan biasa saja, kontroversialnya dimana?" Pak Sijih geleng-geleng kepala.
"Siapa yang bilang anda harus kontroversial? Anda memang harus bicara apa adanya saja...."Kata Mr. Temi sambil minum bensin, segelas, karena memang sebagian besar tubuhnya adalah mesin.
"Tetapi bukankah "polling" saya sudah terkejar karena isu bung Loroh yang sangat kontroversial? Saya harus mengatasinya, kan?" Agak menyesal pak Sijih menyewa konsultan politik bule dari masa depan ini. Biayanya memang hanya 2 milyar ripah, sekedar mengganti aliran listrik yang dibutuhkan untuk membuka lorong waktu, tetapi bukan karena lebih murah, dia dapat jasa konsultasi yang sangat sederhana.
"Pak Sijih, Saya datang dari masa depan, pidato saja yang biasa-biasa, apa adanya, yang anda kerjakan saja, yang anda tahu dan yang anda mimpikan, bukan yang konsultan politik mimpikan, karena saya melihat anda di masa depan dan orang-orang yang berjiwa besar seperti anda banyak bermunculan di kehidupan mendatang. Politik kontroversial yang laku sekarang hanya laku paling-paling 1-3 tahun lagi, sesudah itu mereka selesai." Mr. Temi pun menunduk hormat, lalu kembali ke lorong waktu, meninggalkan pak Siji termangu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H