"Soal perbandingan pendapatannya?" Pak Sijih tambah penasaran.
"Bukan, tetapi cara mendapatkan gelarnya. PSK jalanan mendapatkan gelarnya dari jalanan, doktor honoris causa mendapatkan gelarnya dari kampus-kampus." Mr. Temi tersenyum manis dengan giginya yang sebagian sudah diganti titanium.
"Lho, itu,kan biasa saja, kontroversialnya dimana?" Pak Sijih geleng-geleng kepala.
"Siapa yang bilang anda harus kontroversial? Anda memang harus bicara apa adanya saja...."Kata Mr. Temi sambil minum bensin, segelas, karena memang sebagian besar tubuhnya adalah mesin.
"Tetapi bukankah "polling" saya sudah terkejar karena isu bung Loroh yang sangat kontroversial? Saya harus mengatasinya, kan?" Agak menyesal pak Sijih menyewa konsultan politik bule dari masa depan ini. Biayanya memang hanya 2 milyar ripah, sekedar mengganti aliran listrik yang dibutuhkan untuk membuka lorong waktu, tetapi bukan karena lebih murah, dia dapat jasa konsultasi yang sangat sederhana.
"Pak Sijih, Saya datang dari masa depan, pidato saja yang biasa-biasa, apa adanya, yang anda kerjakan saja, yang anda tahu dan yang anda mimpikan, bukan yang konsultan politik mimpikan, karena saya melihat anda di masa depan dan orang-orang yang berjiwa besar seperti anda banyak bermunculan di kehidupan mendatang. Politik kontroversial yang laku sekarang hanya laku paling-paling 1-3 tahun lagi, sesudah itu mereka selesai." Mr. Temi pun menunduk hormat, lalu kembali ke lorong waktu, meninggalkan pak Siji termangu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H