Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Supaya Tidak Banyak Partai "Meretoki" di Parlemen

21 September 2018   23:40 Diperbarui: 22 September 2018   00:27 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya harus bayar mahar juga? Mereka mintanya berapa?" Tanya si Bung mulai tertarik dan berhitung. Membeli dukungan politik di Negeri Lohjinawi bagi pengusaha sebenarnya tidak rugi-rugi amat, malah terkadang untung. Saham perusahaan yang dia dirikan semuanya naik ketika nama Bung Andrew populer di dunia maya ataupun berita "mainstream".  Walaupun aktifitasnya tidak terlalu hebat, hanya naik sepeda keliling  pasar, senam di gelanggang olahraga ataupun belanja bawang dan cabe dengan uang warna merah.

"Seikhlas kamu, tetapi mengertilah selera teman-teman kita itu. Jangan membuat mereka merasa dilecehkan kalau dikasih murahan, karena mereka tahu resikonya menyerahkan posisi wakil itu berarti kemungkinan besar suara partai mereka jatuh."Si Bung memberi wejangan penuh wibawah.

Andrew Youknow, "the rising star" partai itu mengerti bahwa momentum saat ini bukan semata-mata memenangkan pemilihan yang di depan mata, tetapi membuka jalan untuk periode ke depan. Namanya akan semakin populer walaupun kalah kali ini dan lima tahun selanjutnya hampir pasti seluruh negeri ini mengenalnya.

Pertemuan penuh bujuk rayu dan janji manis yang menyentuh kalbu dijalankan pada dua partai penting yang selama ini ngotot mendapatkan jatah wakil presiden. 

"Saya tidak mau menyakiti salah satu partai koalisi Timur untuk memilih salah satunya menjadi wakil Bung Perkasa. Maka saya menawarkan diri mewakili kedua partai sekalian dan atas kepercayaannya, saya akan memberikan uang damai seharga dua mobil sport mewah. Bagaimana, Setuju?" Tawaran Bung Andrew.

"Walau berat hati, saya juga tidak melihat ada kemungkinan lain. Kondisi memang sesulit ini. Tapi bisakah  kedua mobilnya saya minta tambah ban serepnya masing-masing dua? Saya suka ngebut dan bannya suka cepat haus." Kata Bung Jelly Kos-kosan, dari partai "Surya Kala Senja".

"Kami juga sudah maklum. Tetapi tolong dananya jangan ditransfer, mudah dilacak orang. Bawa saja pakai kulkas kecil, antar ke kantor."Tegas pernyataan Tuan Wiskul Roman dari partai "Bagiroto", dia sangat takut aliran uang itu dilaporkan ke aparat hukum oleh bank, karena memang undang-undang saat itu mewajibkan adanya investigasi kalau ada politikus mendadak dapat dana besar tetapi tidak melaporkannya ke pihak berwenang dalam 7 x 24 jam.     

Delapan bulan berlalu, pemilihan umum terjadi dan benar saja hanya lima partai yang tersisa di parlemen, dua beraliran nasionalis murni, dua aliran relijius murni dan satunya lagi partai yang memadukan prinsip nasionalis relijius. 

Belasan partai lain yang gagal melewati angka dua digit harus menerima kenyataan bubar jalan atau konsolidasi untuk 5 tahun berikutnya dengan mengubah nama baru, ditambahi sedikit kata atau dikurangi beberapa hurup atau dibuat type 2,3,4-nya. Selama undang-undang mengijinkan, "why not"?

Presiden terpilih sudah bisa ditebak, karena saat kampanye beliau tidak membuat "slip tongue" yang berarti yang dapat dipelintir menjadi isu yang bak "tsunami politik". Istilahnya "merem dan diem aja" sudah pasti menang, ngapain juga harus membuat kampanye berlebihan.

Tetapi 5 tahun selanjutnya memang popularitas Bung Andrew Youknow tidak terbendung, perusahaannya semakin maju, sementara Tuan Perkasa yang sudah capek berpolitik, menyerahkan esafet partai kepadanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun