Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kekurangan Gizi Ini Bukan Salahnya Pakde

24 Januari 2018   00:46 Diperbarui: 24 Januari 2018   00:52 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.independent.ie/life/the-real-reason-karen-carpenter-was-driven-to-anorexia-26703889.html

Karen Carpenter, salah seorang anggota duo The Carpenters, bersama kakaknya Richard Carpenter, lahir tahun 1950 dan meninggal tahun 1982 karena komplikasi penyakit gangguan gizi akibat gangguan makan yang namanya anorexia nervosa.

Single grup ini "Close to You" yang diperdengarkan tahun 1970 adalah lagu yang sangat indah, yang beberapa kali didaur ulang oleh penyanyi lain dan salah satu lagu romantis yang paling sering dipakai dalam film-film drama maupun kartun.

Apa penyebab penyakit kurang gizi akibat anorexia nervosa Karen Carpenter ini? Kabarnya kurang bahagia karena masalah keluarga yang belum jelas permasalahannya, akibat memang kasusnya tidak ingin dipublikasikan oleh keluarga besarnya.

Kematian di usia puncak karirnya tahun 1982, tentu saja tidak ada hubungan dengan pakde Jokowi yang tahun itu masih usia 21 tahun dan masih kuliah dan berbeda negara pula, tetapi untuk membuka mata teman-teman kompasianer sekalian, bahwa ada yang namanya gangguan kekurangan gizi yang disebabkan bukan karena kurang makanan atau kurang uang, tetapi masalah kejiwaan.


Selanjutnya dengan kasus kurang gizi yang terjadi pada suku Asmat, kemungkinan besar bukan karena kejiwaan, tetapi memang karena kekurangan kalori dan protein atau protein saja, yang disebut kwasiorhor dan marasmus.

sumber :http://www.majordifferences.com/2017/11/10-differences-between-kwashiorkor-and-marasmus-Kwashiorkor-vs-marasmus-in-table-form.html#.WmdwAHZl_IU
sumber :http://www.majordifferences.com/2017/11/10-differences-between-kwashiorkor-and-marasmus-Kwashiorkor-vs-marasmus-in-table-form.html#.WmdwAHZl_IU
Bagaimana dapat terjadi hal ini? Mungkin beberapa sebab:

1. Tidak adanya makanan yang cukup kalori dan protein dalam keluarga si anak, karena kemiskinan.

2. Kurangnya pengetahuan gizi orang tua si anak, kurang diperhatikan asupan makanannya, karena kesibukan bekerja, padahal kemampuan membeli makanan ada.

3. Makanan ada, pengetahuan cukup, tetapi si anak ada penyakit di saluran cerna yang tidak mampu mencerna protein dan kalori dengan baik, misalnya alergi makanan. Tetapi ini biasanya individual tidak massal.

Cara menanganinya harus sesuai penyebab, kalau miskin ya harus dibantu makanan bergizi dari pemerintah, kalau kurang pengetahuan ya dikasih penyuluhan, kalau ada penyakit saluran cerna atau kecacingan, ya dikasih obat untuk penyakitnya. Ini sebenarnya urusan Puskesmas setempat atau Kepala Dinas Kesehatan setempat. Bupatinya bolehlah kunjungan kerja kalau ada waktu, tetapi dana operasional pemda setempat seharusnya ada untuk ini bukan harus dana dari pusat.

Apakah ini urusannya pakde Presiden? Ya, kalau Puskesmas, Dinas Kesehatan, Bupati dan Gubernur yang menaungi daerah tersebut tidak mampu mengatasi, terpaksa presiden melalui mentri kesehatan mengurusinya. Tetapi saran saya sih, bawahan yang tidak mampu mengurusi kekurangan gizi di daerahnya dicari ganti yang lebih berkompeten saja.

Selain kelainan gizi karena kejiwaan, karena kurang kalori-protein, dapat juga ada kelainan kesehatan akibat kelainan zat gizi tertentu, misalnya vitamin A dapat membuat gangguan mata, kekurangan vitamin D membuat kelainan tulang yang mudah bengkok, kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia.

Apakah semuanya harus diperhatikan pakde Presiden? Sebaiknya memang harus diperhatikan, tetapi pendelegasian ke pihak yang berwenang setempat juga harus lebih ditekankan, karena dana bantuan gizi itu seharusnya ada, tetapi pendistribusiannya yang bermasalah, mungkin yang tidak butuh dikirim, yang kekurangan tidak dikirim, jadi yang mengirim dan data-data ini yang seharusnya ditertibkan, KPK mungkin boleh dilibatkan melihat apa ada kesalahproseduran yang disengaja atau tidak disengaja.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun