Kalau misalnya tindakan "stent" dipasang di tipe B atau A lalu perawatannya kembali ke rumah sakit tipe C atau D, maka yang harus membayar tindakan itu si rumah sakit tipe C atau D karena dianggap rujukan parsial, jadi harus diputus dulu satu episode rawat inap di rumah sakit awal, dibuka rawat jalan satu kali secara "online" barulah terbebas dari "irisan" beban perawatan.
Intinya, "stroke" yang berkelanjutan ("ongoing") pada pasien diabetes melitus berkomplikasi hipertensi dan atau jantung, tetap mungkin terjadi kalau pembuluh darah carotis  di leher menyempit, meskipun gula darah, tekanan darah dan hasil rekam jantung sudah normal.Â
Sebaiknya tindakan "stent" dilakukan seawal mungkin tetapi sistem rujukan yang berjenjang terkadang mengharuskan si pasien pulang ke rumah dahulu beberapa hari baru kemudian dikasih surat rujukan ke poliklinik rumah sakit tujuan.
Penyakit katastropik seperti ini memang biayanya lumayan tinggi diperkirakan tindakannya mencapai 100-an jutaan sementara pasiennya sebagian bukan lagi di usia produktif. Menjadi dilema bagi dokter yang akan melakukan tindakan tentang azas manfaat dibandingkan resiko dalam pelaksanaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H