"Kenapa mesti disana, yang. Di salah satu hotel bintang lima di Jakarta saja, yang tak kalah mewahnya, boleh, bukan?"Pinta Ben pada kekasihnya terakhir Venesia.
"Aku suka namanya mirip namaku dan aku tahu di Macao itu hotel termewah dan sangat mirip bangunan-bangunan di Italia dan Venesia. Lagi pula aku tahu penghasilanmu tidak mungkin mengajakku ke Italia sana, karena visa ke Eropa mahal juga tiketnya, sementara di Macao yang sudah mirip banget sama Italia ada penerbangan langsung Air Asia dan bebas visa pula, lebih terjangkau, kan? Kalau di Jakarta, kurang seru, hotel yang mirip di Italia tidak ada..."Venesia seperti merajuk. Ben berhitung, mencintai sih mencintai, tetapi apakah sebuah pertunangan harus semahal itu?
"Kita nanti ke Ruins of St. Paul yang dibangun tahun 1600-an dan saat kebakaran besar di Macao tahun 1835, tetap berdiri kokoh diantara puing-puing gedung di sekitarnya. Aku mau cinta kita seperti itu, tetap berdiri kokoh walau ada banyak rintangan yang membakar dan menggoreng sana-sini. Dan mengenai judi, ATM serta kartu kreditmu biar aku saja yang pegang selama disana. Kita hanya butuh menginap 2 malam, dua kamar, jadi jalan-jalannya 3 hari dua malam, sudah cukup. Yang penting dua lokasi lagi A-MA temple  dan Senado Square harus didatangi..."Venesia berkata penuh ketegasan.
"Kenapa dua kamar, yang? Kita bukannya disana satu ranjang saja?Lebih hemat?" Ben mulai mengeluarkan jurus ekonominya, akal-akalan.
"Kita belum menikah, Ben. Tidak elok satu kamar walaupun kamu janji tidak akan macam-macam. Biaya hotel termahal hanya 5 juta, dua kamar selama dua hari malah hanya 20 juta, tiket bolak-balik tidak sampai 10 juta, disana jalan-jalan dan ikut beberapa atraksi dan belanja hanya 10 jutaan kurang lebih. Uangmu masih banyak sisa, masih 160 juta. Tetapi kalau kau pakai berjudi, itu pasti kurang..."Tegas Venesia dengan tatapan mata tajamnya. Tatapan mata itulah yang membuat Ben takluk enam bulan yang lalu dan memutuskan tak ada ruang lain di hatinya buat wanita lain.
"Nah, karena kita belum resmi, maka kamu harus membuktikan kejantananmu dengan bungy jumping di Macao Tower yang tingginya 338 meter dengan konstruski elegan yang menawarkan pemandangan indah. Â Harga sekali loncat 3000 dollar Hongkong. Kalau kamu tidak berani, berarti kurang jantan, saya jadi ragu, deh...." Sang pujaan bikin syarat yang menggidikkan bulu roma.
"Pokoknya menurut! Selain itu ada Macao Giant Panda Pavilion yang terletak di sisi bukit Seac Pai Van di Coloane yang merupakan tempat penghunian panda raksasa, lucu banget, mirip kamu..."Ini malah bikin keki.
"Aduh, yang. Itu Macao surganya makanan, UNESCO menyebutnya sebagai tempat wisata Gastronomy dunia. yang disebut Macanase Cuisine, yaitu kombinasi masakan Portugis, China, Amerika Selatan, Afrika dan India yang usia sejarahnya sudah lebih dari 450 tahun."