Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

(PAKAM): Kartu "Beginian" di Luar Negeri Sudah "Kudu Wajib"

27 Oktober 2017   01:18 Diperbarui: 27 Oktober 2017   07:03 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Om Dues di tengah (dokumentasi pribadi)

"Pak dokter harus beli!"Kata Mang Dues K. Arbain, yang bekerjanya di Bank BRI yang menjadi salah satu mitra di Kompasianival 2017. Saya dengan setengah terpaksa membeli kartu senilai 50.000 rupiah dengan satu alasan belum tahu mau dipakai dimana kartunya.

"Iya, ini non tunai pak. Saya jalan di luar negeri, sesampai di bandara pasti cari kartu beginian dahulu. Karena di semua restoran, angkutan, fasilitas rekreasi dan belanja menerima kartu beginian. Kalau di Palembang saya belum mengerti dimana pakainya...."Alasan keraguan saya.

Om Dues di tengah (dokumentasi pribadi)
Om Dues di tengah (dokumentasi pribadi)
"Di jalan tol Palembang-Indralaya ,dok. Tol di Jakarta juga bisa. Pokoknya harus beli..."Beliau pun berhasil membuat saya membeli satu yang keesokan harinya benar-benar terpakai di tol Semanggi menuju bandara.

Salut pada pak Dues yang disela-sela liburan dan reunian semacam Kompasianival masih punya semangat 'marketing' untuk produk perusahaan tempatnya bekerja, padahal Jakarta bukan wilayah kerjanya. Kalau saya sih liburan ya liburan saja, sesekali ngobrol kesehatan boleh, tetapi harus sesantai mungkin.

(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)
Saya pertama kali ke luar negeri jujur saja baru 5 tahun lalu, ke Singapura, karena memang malas jalan-jalan yang repot imigrasi, pasport dan lain sebagainya. Dan kalau di negara-negara maju, kartu non tunai bukanlah barang mewah, mungkin pengemis pun kalau bisa mintanya ke para dermawan ya kartu non tunai, bukan receh.

Di negara eropa tengah seperti Slowakia pun sudah mulai dipakai kartu non tunai untuk kegiatan pariwisata, jadi dengan membayar uang sebanyak 200-an ribu kurang lebih kita bisa berkunjung ke semua tempat wisata dan bisa menaiki semua angkutan umum di kota itu untuk 24 jam.

di Hongkong (dokumentasi pribadi)
di Hongkong (dokumentasi pribadi)
Di Hongkong, kartu 'Octopus' bisa dipakai dari bus, kapal ferry, kereta bawah tanah, belanja di mini market, restoran, sampai ke musium yang berbayar. Saya tidak tahu kalau ke panti pijat, tetapi teman saya sekolah pernah hampir cerai dengan istrinya karena di tagihan kartu non tunainya di Hongkong ada 'item' 'lady escort' yang kalau dirupiahkan setara 2 jutaan. Wow!

sumber : http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/05/14/cara-sikapi-pengendara-yang-nekat-masuk-gto-tanpa-miliki-kartu-e-toll
sumber : http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/05/14/cara-sikapi-pengendara-yang-nekat-masuk-gto-tanpa-miliki-kartu-e-toll

Dan untuk di Jakarta, kartu non tunai sudah menjadi syarat utama untuk yang bawa kendaraan roda empat sendiri atau naik taksi, karena hampir semua jalan tol sudah mengurangi pembayaran tunai dan memilih non tunai. Supir taksi pun tidak semuanya punya kartu non tunai dan terkadang jadi repot harus ke mini market dulu buat membeli atau mengisinya.

Nah, sebaiknya jangan tanggung-tanggung, kalau mau non tunai, maka pemerintah harus membuat aturan supaya semua fasilitas umum berbayar mempunyai alat penerima bayaran non tunai, supaya budaya tanpa kertas semakin memasyarakat dan hutan-hutan tropis kita tidak perlu dicukur gundul lagi.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun