"Waduh, jangan, Bu. Nanti kakinya melepuh. Itu terasa enak, karena aspalnya panas dan saraf-sarafnya menangkap rasa hangat, padahal kulitnya bisa rusak karena suhu yang melebihi batas kemampuan protein kulit menahan efek penghancuran," nasihat saya.
Ibu usia 50 tahun itu sudah 5 tahunan menderita diabetes dan kakinya sering nyeri di ujung-ujungnya, tetapi telapak kakinya malah seperti merasa 'baal' dan tebal. Lalu ada temannya yang mengajari untuk berjalan di aspal saat siang panas-panasnya buat memperbaiki saraf di telapak kaki, karena kebetulan terasa enak.
"Oh, salah, ya, Dok. Saya pikir tidak apa-apa. Karena memang rasa sakit di ujung jari juga berkurang," katanya.
"Boleh saja dipanasi atau disinar pakai cahaya infra merah atau ultraviolet yang ada di bagian fisioterapi, tetapi dosisnya diatur yang aman untuk protein jaringan kulit. Kalau aspal yang panas siang hari, itu dosisnya tidak bisa diduga, Bu," kata saya.
Coba bayangkan kalau kulitnya terbakar, lalu masuk kuman, lalu infeksi, maka akan repot dan bukan tidak mungkin berujung pada amputasi.
Percakapan ini terjadi di Seminar Awam Diabetes Melitus di Rumah Sakit Myria Palembang kemarin, 19 Desember. Diawali senam diabetes, penyuluhan gizi dan terakhir tanya jawab diabetes melitus.
Yang sering dikeluhkan oleh penderita diabetes adalah rasa nyeri oleh penyakit ini yang disebut neuropati. Gula darah membuat saraf-saraf terganggu, terutama saraf tepi yang bisa menimbulkan rasa nyeri yang sangat, rasa baal atau tebal dan terkadang nyerinya sangat berlebihan sampai-sampai obat anti sakit terkuat sekalipun gagal menghilangkan nyerinya. Saya pun menceritakan kasus pasien yang mirip film 'Benefactor' yang dibintangi Richard Gere, di mana ada pasien ketagihan morphin karena tidak tahan dengan nyeri di tubuhnya akibat kecelakaan yang dialaminya bertahun-tahun lalu.
Akhirnya, Si Pecandu ini tidak jadi diresepkan morphin oleh si dokter muda dan mau menjalani rehabilitasi.
"Ibu dan bapak-bapak mau jadi pecandu gara-gara tidak bisa menahan sakit akibat diabetes?" tanya saya.
"Tidak mau, Dok. Bisa ditahanlah, Dok," kata yang satu.
"Amit-amit pakai narkoba, Dok," kata yang lain.