Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bolehkah Penderita Diabetes Berjalan Telanjang Kaki di Aspal Panas?

20 November 2016   14:12 Diperbarui: 21 November 2016   20:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: photo stock | istimewa

"Waduh, jangan, Bu. Nanti kakinya melepuh. Itu terasa enak, karena aspalnya panas dan saraf-sarafnya menangkap rasa hangat, padahal kulitnya bisa rusak karena suhu yang melebihi batas kemampuan protein kulit menahan efek penghancuran," nasihat saya.

Ibu usia 50 tahun itu sudah 5 tahunan menderita diabetes dan kakinya sering nyeri di ujung-ujungnya, tetapi telapak kakinya malah seperti merasa 'baal' dan tebal. Lalu ada temannya yang mengajari untuk berjalan di aspal saat siang panas-panasnya buat memperbaiki saraf di telapak kaki, karena kebetulan terasa enak.

"Oh, salah, ya, Dok. Saya pikir tidak apa-apa. Karena memang rasa sakit di ujung jari juga berkurang," katanya.

"Boleh saja dipanasi atau disinar pakai cahaya infra merah atau ultraviolet yang ada di bagian fisioterapi, tetapi dosisnya diatur yang aman untuk protein jaringan kulit. Kalau aspal yang panas siang hari, itu dosisnya tidak bisa diduga, Bu," kata saya.

Coba bayangkan kalau kulitnya terbakar, lalu masuk kuman, lalu infeksi, maka akan repot dan bukan tidak mungkin berujung pada amputasi.

Percakapan ini terjadi di Seminar Awam Diabetes Melitus di Rumah Sakit Myria Palembang kemarin, 19 Desember. Diawali senam diabetes, penyuluhan gizi dan terakhir tanya jawab diabetes melitus.

Yang sering dikeluhkan oleh penderita diabetes adalah rasa nyeri oleh penyakit ini yang disebut neuropati. Gula darah membuat saraf-saraf terganggu, terutama saraf tepi yang bisa menimbulkan rasa nyeri yang sangat, rasa baal atau tebal dan terkadang nyerinya sangat berlebihan sampai-sampai obat anti sakit terkuat sekalipun gagal menghilangkan nyerinya. Saya pun menceritakan kasus pasien yang mirip film 'Benefactor' yang dibintangi Richard Gere, di mana ada pasien ketagihan morphin karena tidak tahan dengan nyeri di tubuhnya akibat kecelakaan yang dialaminya bertahun-tahun lalu.

Pecandu ini orang kaya dan punya rumah sakit, dia selalu memanfaatkan dokter di rumah sakit tersebut untuk membuat resep morphin, sampai suatu saat si dokter yang biasa meresepkan tidak mau melakukannya lagi, karena takut dikenakan sanksi. Dia lalu meminta Olivia, anak sahabatnya yang meninggal suami istri saat kecelakaan satu mobil dengannya) kebetulan punya suami dokter, untuk kerja di rumah sakitnya dan dimintanya untuk meresepkan morphin juga.

Akhirnya, Si Pecandu ini tidak jadi diresepkan morphin oleh si dokter muda dan mau menjalani rehabilitasi.

"Ibu dan bapak-bapak mau jadi pecandu gara-gara tidak bisa menahan sakit akibat diabetes?" tanya saya.

"Tidak mau, Dok. Bisa ditahanlah, Dok," kata yang satu.

"Amit-amit pakai narkoba, Dok," kata yang lain.

"Jangan sampai ginjal rusak, Dok..."Kata salah satu peserta seminar yang diberitahu kalau ginjal dan lambung adalah organ paling menderita kalau si pasien terlalu sering makan penahan sakit.

Nah, mungkin ini salah satu cara untuk memberi gambaran pada pasien diabetes bahwa rasa nyeri itu memang sudah pasti akan dialami, dan bisa dikurangi itensitasnya dengan menurunkan kadar gula sewaktu di bawah 140 mg/dl selama minimal 6 bulan, lalu senam kaki dan senam telapak tangan dan untuk nyeri tulang belakang bisa dengan yoga atau berenang.

Nasihat terpenting adalah, supaya anak-anak atau cucu pasien ini dinasihati untuk pola hidup sehat, supaya jangan terkena diabetes juga. Karena peluang anak dan cucu penderita diabetes untuk menjadi diabetes lebih besar daripada yang tidak ada keturunan diabetes.

Peserta dan panitia Seminar Awam Diabetes (dokumentasi pribadi)
Peserta dan panitia Seminar Awam Diabetes (dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun