Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilkada Serentak Botak

23 Maret 2016   23:45 Diperbarui: 24 Maret 2016   00:14 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Calon Botak (ilustrasi pribadi)"][/caption]"Nah, lho. Kok botak semua? Sampai alis juga?"Tanya dokter pemeriksa kesehatan calon kepala daerah kabupaten, kota dan propinsi yang serentak di tahun 2017.

"Iya, bulu ketek, bulu kemaluan, bulu hidung, bulu di anus dan bulu di seluruh tubuh hilang sepertinya di 'waxing' habis, dok."Tambah perawat pendamping pemeriksaan sambil geleng-geleng kepala.

Dua puluh empat calon, dari delapan daerah pemilihan hadir pada pemeriksaan kesehatan hari itu dan lucunya 17 orang botak dan klimis habis, sementara calon yang wanita hanya 1 yang botak, 5 orang tetap memelihara rambut panjangnya.

"Yang botak klimis sampai ke lubang-lubangnya, apa boleh buat, periksa narkobanya lewat urin saja. tapi ingat, kalau sudah ada tumbuh rambut seminggu lagi, harap setor ke panitia kesehatan."Kata ketua tim pemeriksa kesehatan, dokter bagian patologi klinik.

"Siap, dok."Jawab para calon botak senyum-senyum sendiri. Kalau minggu depan sih, tanpa pengawasan, bisa rambut siapapun 'disetor' ke laboratorium. Rambut anjing peliharaan di rumah pun bisa.

Wabah botak klimis sampai ke'akar-akarnya' ini terjadi di semua propinsi, bahkan di propinsi yang terkenal paling 'liberal' jumlah calon botaknya tidak terlalu banyak dibandingkan calon di propinsi yang cenderung terkenal 'agamis'. Ini semua karena Badan Narkotika mengumumkan semua calon kepala daerah harus diperiksa rambutnya dan 'konon', alat pendeteksi narkoba rambut milik instansi 'super body' ini dapat menilai kandungan narkoba sampai di 5 tahun terakhir, bukan seperti pendeteksian narkoba di urin yang hanya bisa mendeteksi narkoba yang dipakai dalam 5 hari terakhir.

"Lima tahun? Waduh. Saya baru insyaf 'make' sabu-sabu 8 bulan lalu waktu istri mengancam cerai."Gerutuh calon dari propinsi di Utara.

"'Waxing' saja 'bro' semua rambut. Kan selesai...."Ide cemerlang calon pilkada dari Pusat dan semua pun mengikutinya.

"Bagaimana ini, komandan? Tujuh puluh persen calon pilkada serentak,botak dan 'waxing' serentak juga. Perlu diulangkah pemeriksaannya lain kali? Secara acak?"Tanya bawahan si komandan Badan Narkotika. Dia antara geli dan juga keki melihat cara para calon 'menghindari pemeriksaan rambut' yang dinilai penting ini.

"Tidak perlu, catat saja siapa yang botak. Kita intai saja mereka kalau bikin pesta kecil, nanti digerebek saja. Lagipula biar calon pemilih mereka tahu dari awal, siapa saja yang takut diperiksa rambutnya. Rakyat biar dari awal tahu siapa yang botak, berarti pernah merasa kontak dengan narkoba minimal 5 tahun terakhir."Jawab si komandan.

"Tapi komandan hebat, bisa menemukan alat pendeteksi narkoba untuk 5 tahun terakhir. Luar biasa."Si bawahan tersenyum bangga punya komandan yang penuh inovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun