"Terima kasih. Semoga sukses. Ini uang untuk beli rokok."Boy memberi uang 200 ribuan buat 5 wanita penjaja cinta di depannya.
"Wah, uang segini bisa dapat cium, om. Mau?"Tanya Ayu sambil tertawa.
"Wah, gak usah mbak. Saya sedang tugas, nanti kalau senggang saja ya."Boy menolak halus, kalau salah-salah kata nanti mereka tersinggung. Siapa tahu mereka mau jadi nara sumber lagi, lain waktu, terutama Bunga dengan rencananya yang mau 'on-line'-kan diri.
Berita pun tercetak 3 hari kemudian, lalu 3 minggu sesudahnya Kali Jombloh telah rata dengan tanah, malah 3 bulan selanjutnya sudah menjadi taman kota.
"Bunga, bagaimana kabarmu?"Tanya Boy menelepon 4 bulan sesudah kencan singkat mereka berwawancara di cafe lamanya.
"Wah, bisnis lancar om. Malah sekarang ikutan jadi tim sukses salah satu calon, hehehehe..."Cekikikan renyahnya terdengar makin renyah.
"Tim sukses di depan layar atau di belakang layar?"Tanyanya penasaran.
"Tim sukses macam-macam,om. Terkadang menjebak tim sukses calon lain buat bobok bareng lalu kita potret, atau menemani tim sukses sendiri yang sudah kelewat stress. Pokoknya dananya cukuplah, dikontrak sampai selesai pemilihan."Kisahnya lagi.
"Bunga, bisa kamu buatkan ceritanya? Nama kamu dan nama calon yang kamu dukung saya rahasiakan. Saya cuma mau tahu modusnya saja."Boy si wartawan perang yang cedera sudah mulai menyukai berita investigasi.
"Asal bayarannya cocok, ayo aja, om....Hehehehe..."
Kisah pun berlanjut dan hebohlah perpolitikan saat itu akibat adanya berita 'headline' koran tentang pemanfaatan tim sukses mantan penghuni Kali Jombloh yang menjadi agen ganda bagi tim sukses calon lawannya.