Selanjutnya, katanya harus ke Freemantle, kota 'Tanjung Priok-nya' Perth. Disanalah bahan-bahan tambang yang menjadi andalan kota Perth diekspor kemana-mana, dan salah satu pantainya berpasir putih yang indah sekali, namanya 'South Beach' atau pantai selatan, yang tidak ada nyi-nyi-annya, karena di Perth yang ada madam-madam aja.
[caption caption="Park Botanical Garden,pemandangan kota Perth dari atas (dokumentasi pribadi)"]
Selanjutnya, karena jadwal hanya 3 hari di Perth, kami terakhir memberanikan diri ke kebun binatang tempat Lukas melihat merak tadi,yang lumayan jauh diluar kota Perth.
Kami naik kereta dari 'Perth Underground' memakai karcis 'family' untuk 2 dewasa dan 2 anak, Lukas yang balita gak dihitung. Harga tiketnya 12 dollar Australia, 10 sen. Itu tiket berlaku seharian kalau memakai kereta api, bis atau kapal feri 'Transperth'. Tiket ini hanya berlaku kalau 'weekend' dari jumat sore ke minggu malam.
Dari kereta, kami berhenti di kota kecil Bassendean, dilanjutkan naik bis nomor 955 di perhentian 'Lord Street entrance'.
Sampai di perhentian, kita minta jemput di depan melalui sebuah tombol yang ada telepon internalnya, lalu 5 menit kemudian 'bus shutle' menjemput kami.
[caption caption="Diantara kangguru (dokumentasi pribadi)"]
Terakhir, 12 Desember sore, anak-anak dipuas-puasin main air di 'Water Labirinth' di Mall Myer Perth. Yang walaupun sudah mengaku diskon 60%, harga baju-bajunya di kisaran 600 ribuan rupiah ke atas.
[caption caption="Water Labirinth Perth (dokumentasi pribadi)"]
Sebenarnya banyak lagi tempat wisata di Perth, namun apa daya, waktu juga yang membatasi, apalagi 13 Desember disempat-sempati deh ke Gandaria City buat Kompasianival. Siapa tahu bisa makan siang bareng sama kompasianer lain dan bisa memakai baju seragam Planet Kenthir satu kali lagi.
Baiklah, kalau mau ke Perth, dari bali hanya 3 jam, perginya bisa murah, tetapi pulangnya tetap siap-siap mahal.