2. Rumah sakit bukan tempat istirahat yang baik. Pasien mungkin merasa nyaman di rumah sakit ada perawat yang menyapa 3 kali sehari, dokter 1 x sehari dan banyak pembesuk. Tetapi pasien perlu diingatkan di rumah sakit akan banyak mendengar teriakan kesakitan, suara muntah, suara batuk. Belum lagi tangisan dari keluarga yang meninggal dan suara-suara aneh lain. Jadi, untuk istirahat penyembuhan, sebaiknya di rumah saja.
3. Kasihan dengan yang menunggu. Pasien yang kronis, kerjanya tidak ada/tidak bertarget, sebagian besar ingin berlama-lama dirawat karena keluarga/suami/istri biasanya jadi perhatian saat menunggu. Namun pasien perlu diingatkan untuk balik memperhatikan keluarganya yang menunggu.
Para penunggu itu sebagian besar ingin cepat-cepat pulang dan tidak menunggu di rumah sakit lagi. Apalagi kalau ada bapak-bapak yang 'manja' tidak mau pulang dan tiap hari ada saja keluhan baru, maka saya selalu mengatakan pertanyaan sesuai judul diatas untuk menyadarkan si suami kalau istrinya sebenarnya menderita juga lama-lama tidur di rumah sakit.
Nah, bila pertanyaan kunci diatas ditanyakan, biasanya pasien yang sudah tahap penyembuhan tetapi malas pulang itupun mengalah, karena kalau ditanyakan, si keluarga biasanya mengaku terus terang sudah sangat jenuh menunggui si sakit dan ingin membawanya pulang.
Tetapi harus diyakinkan, apakah kondisi gawat darurat yang membahayakan jiwa benar-benar sudah teratasi. Sebab, kalau pasien disuruh pulang dan sebelum seminggu (7x24 jam) sudah masuk rumah sakit lagi karena kasus yang sama, maka di episode keduanya, si pasien ini tidak dibayar BPJS lagi, namun masuk dalam tagihan BPJS kasus sebelumnya.
Semoga bermanfaat!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H