Tuan Harumoko pun tanpa berkata apa-apa melengos pergi, ke arah yang berlawanan dengan Bung Budman. Tinggallah orang-orang yang berkerumun dan memandangi pengumuman yang ditempel tinggi di tembok. Mulanya mereka berbisik-bisik, namun seiring menghilangnya Tuan Harumoko dari pandangan, bisik-bisik berubah menjadi suara-suara lebih keras. Terjadilah perdebatan.
Beberapa hari kemudian, orang-orang di kedai kopi Tante Marika ramai membicarakan ‘hilangnya’ Bung Budman. Sudah satu minggu dia menghilang. Mengapa begitu. Sebab biasanya hampir setiap malam Bung Budman tak pernah absen minum dan berbincang-bincang dengan kami. Ini tak biasa. Kamipun berspekulasi kalau hialng Bung Budman ada kaitannya dengan peristiwa beberapa hari yang lalu saat Bung Budman berdebat dengan Tuan Harumoko mengenai surat perintah melarang semua perdebatan politik. Kami berdebat:
“Kata saudaraku yang polisi, dia ditangkap dan dipenjara,” kataku, lalu menyeruput kopi.
“ Tidak, dia tidak ditangkap ataupun dipenjara, kata temanku yang wartawan dia sedang bersembunyi di suatu tempat,” kata Kirwan dengan yakin.
“Menurut kabar yang saya terima, ada yang melihatnya melarikan diri ke luar negeri,” ucap Snider .
Dan yang paling mencengangkan ada seorang laki-laki separuh baya yang duduk di sudut mengatakan kalau ia diculik, dibunuh, lalu dibuang entah dimana. Dan banyak lagi, hampir setiap orang punya versinya sendiri.
Begitulah, orang-orang di sini memang sukanya berdebat.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H