Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Sisi Cermin, Supremasi Barat

23 Desember 2018   20:42 Diperbarui: 11 Desember 2019   23:36 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turunan dari Supremasi Barat adalah apa yang dikenal dengan "Euro-centrism", "Orientalism" dan "White Supremacy". Pemikiran Supremasi barat ini mencapai puncaknya saat jaman kolonialisme Barat menjajah bangasa-bangsa lainnya (terutama di Afrika dan Asia). Walaupun era kolonialisme Barat telah berakhir dengan merdekanya negara-negara jajahan Barat, bukan berarti pemikiran-pemikiran Supremasi Barat tersebut menghilang. Supremasi Barat tetap dipelihara untuk keberlangsungan kepentingan hegemoni dan dominasi Barat di bumi ini.

Untuk memahaminya, kita perlu menarik  benang merah, bagaimana Barat meraih supremasinya, dan lalu bagaimana ia dijadikan mitos-mitos yang dirasionalisasi agar orang Barat dan non Barat meyakininya, dengan demikian supremasi dan dominasi Barat atas dunia tetap terjaga. 

Pertama-tama, tak seperti imperium-imperium lainnya di masa lalu, Barat adalah satu-satunya impetium yang telah memproduksi aparat-aparat  teoritis (filosofis, moral dan saintifik). Ia juga merupakan sebuah paradoks, yaitu kemampuannya untuk memproduksi dan bahkan dengan kekerasan dalam menggalakkan prinsip-prinsip universal (misalnya demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia) dan lagi, pada saat yang sama, menggunakan kapasitas yang tiada habisnya untuk pembenaran diri atas pelangggaran terhadap prinsip-prinsip universalnya sendiri.

Barat membangun hegemoninya lewat dua proses kembar yaitu pengenyahan dan pencaplokan. Mitos pendirian yunani-romawinya Barat memungkinkan nya untuk menghapus pengaruh non-kristen dan oriental dari peradaban eropa barat. 

Eropa menciptakan dirinya kembali dengan mengenyahkan kontribusi historis, intelektual, kultural, dan sains yang dibuat oleh peradaban bangsa Babilonia, Mesir, India, Islam (Arab), antara lain, agar supaya percaya, dan lalu membujuk yang lainnya untuk menerima bahwa Barat membangun dirinya sendiri dan berhutang kejayaanya hanya pada daya upayanya sendiri. Pengusiran paksa kaum yahudi dan muslim dari Spanyol, contohnya, telah mendeklarasikan sebuah teritori politik baru Barat dan dicocokan dengan pengenyahan pemikiran bangsa yahudi dan muslim dari teritori intelektual barat.

Pengenyahan "yang Lainnya" berparalel dengan pencaplokan tanah-tanah mereka, yang membawa eropa melakukan genosida skala besar dalam sejarah. 

Depopulasi (pengurangan drastis) yang cepat dari penduduk asli Amerika dan perdagangan budak trans-atlantik dirasionalisasikan dengan sebuah ideologi yang melegitimasi ide superioritas rasial dan pemilihan diri sendiri Barat sebagai satu-satunya Manusia Utuh. Tambahan lagi, mitos-mitos baru muncul  dan sejarah-sejarah yang ditulis ulang untuk mensahkan atau memvalidasi sejarah tentang kekukuhan Barat bahwa ekspansinya diperlukan buat mengintrodusir dunia kepada kemerdekaan dan kebebasan dan mempromosikan hak asasi manusia. Sampai saat ini, tak terhitung banyaknya warga amerika yang berpegang pada interpretasi perbudakan dari sebuah buku yang diterbitkan 100 tahun yang lalu.  

Pada tahun 1918, sejarawan Ulrich Bonnell Philips menerbitkan kajiannya yang sangat berpengaruh  yaitu "American Negro Slavery".  Dalam kajiannya itu dia menyimpulkan bahwa lembaga perbudakan adalah sebuah perjanjian kerja yang penuh kebajikan antara tuan majikan yang pemurah dengan budak -budak yang bahagia. 

Sebuah laporan dari Southern Poverty Law Center, mengungkap bahwa masalah perbudakan yang diajarkan di sekolah-sekolah umum, berdasarkan pada perspektif orang Kulit Putih, sehingga gagal menghubungkan lembaga perbudakan tersebut kepada keyakinan-keyakinan dari Supremasi Kulit Putih yang mendukungnya.

Barat mengelola dan mendominasi era pasca kolonial melalui serangkaian standar ganda dan kemunafikan total.  Wajah baru dari misi lama Barat yaitu mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia. Barat , di dalam konteks sejarahnya dan konteks baru-baru ini, menutupi pelanggarannya sendiri sesering ia mengklaim dirinnya sebgai satu-satunya pelindung dan dan penjamin demokrasi, modernitas, dan hak asasi manusia. 

Sekali lagi , masyarakat-masyarakat dipaksa untuk membentuk dan mencetak dirinya sendiri sesuai citra Barat yang diidentifikasi sebagai model yang tak terbantahkan dari sebuah masyarakat yang "beradab", namun tak pernah bisa menjadi sepenuhnya "beradab". Memperbaiki dan menyelamatkan "yang Lain" untuk membuatnya lebih dekat menyerupai Barat adalah tujuan akhir dari bentuk-bentuk baru intervensi dan imperialisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun