Aksi-aksi atas pekerjaan jelas akan menjadi sentral bagi perjuangan melawan pembagian kerja seksual dan untuk kontrol atas proses kerja dan teknologi. Mengaitkan perjuangan-perjuangan ini memerlukan suatu sensitivitas dan kesadaran akan isu-isu tersebut.
Di dalam dekade terakkhir, perkosaan, inses, dan kekeraan rumah tangga telah dipolitisir dalam cara ini, dan yang lebih baru, pelecehan seksual di tempat kerja telah mulai dipolitisir. Perempuan mulai berbicara tentang pengalaman-pengalaman mereka yang pernah mengalami pelecehan dan menolak menerima kebisuan selama bertahun-tahun.
Pada akhirnya, dukungan serikat pekerja/buruh di dalam perjuangan melawan pembagian kerja seksual dan teknologi adalah sangat penting. Tapi tidaklah membantu bila menaruhnya dalam bagian dari sebuah daftar tuntutan serikat buruh. Dukungan hanya akan dicapai jika perempuan mengorganisir diri. Lebih luasnya, kita tahu sebagai seorang perempuan, kita hanya akan merubah sesuatu lewat aksi  yang perempuan pimpin sendiri: di tempat kerja dan di dalam semua aspek kehidupan kita.
Ini lah Pengalaman dari gerakan-gerakan pembebasan perempuan yang telah diajarkan kepada kita. Ada tak terhitung perempuan kelas pekerja yang mengetahui ini juga, bahkan jika mereka tak punya kontak dengan gerakan perempuan yang terorganisir.
Meskipun begitu, atau mungkin karena, berada dibawah kondisi-kondisi kerja mereka di toko-toko, pabrik-pabrik, bank-bank, kantor-kantor dan rumah sakit-rumah sakit, mereka menunjukka sebuah kekuatan yang membuka kemungkinan-kemungkinan bagi sebuah politik feminis yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H