Perubahan di dalam proses kerja dan pembagian kerja seksual perlu dipahami di dalam konteks kontrol dan anekaragam bentuknya.Â
Problem manajemen menggaet pekerja untuk bekerja melibatkan tak hanya memaksimalkan hasil mereka, namun juga mengaburkan cara-cara bagaimana ini diraih, relasi-relasi sosial dari kerja. Analisa-analisa proses kerja telah menekankan ini, namun hanya mengidentifikasi keterlibatan dinamika kapital, dan bukan dinamika gender.Â
Mengambil salah satu dari periodisasi-periodisasi terhadap bentuk-bentuk kontrol adalah sebuah titik awal yang bermanfaat yang dapat kita baca untuk menunjukkan sentralitas gender dalam mengontrol proses kerja. Edwards (1979) membedakan tiga bentuk kontrol. Pertama, ada kontrol yang sederhana yang langsung dan personal dan dimana kekuasaan tertanam di dalam individu-individu, contohnya, 'pengusaha'. Kedua, ada kontrol teknis, dimana mekanisme kontrol didesain ke dalam langgam dari mesin dan teknologi dan mengarahkan kerja.Â
Dan Ketiga, ada kontrol birokratis, dimana kontrol ditancapkan di dalam organisasi sosial dari perusahaan lewat peraturan-peraturan, prosedur-prosedur, deskripsi-deskripsi kerja dan evaluari-evaluasi. Tiap-tiap bentuk kontrol ini adalah patriarkal, meskipun Edwards, di dalam kebutaan gendernya, tidak mengakui ini.Â
Kontrol sederhana adalah kontrol oleh "Bapak", sering di dalam sebuah arti simbolik namun seringkali menjadi sangat literer, di dalam perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan-perusahaan keluarga. Di dalam beberapa kasus, kontrol atas para pekerja mereka dengan menggunakan perumpamaan keluarga. Sebuah perusahaan menjadi 'sebuah keluarga yang bahagia'. Di rumah sakit sebuah bentuk kontrol yang sederhana jelas sekali patriarkal masih berlangsung sampai sekarang. Dokter dan kepala perawat diset sebagai Bapak dan Ibu sebuah rumah tangga.Â
Kontrol teknis adalah patriarkal di dalam sebuah perintah/arahan langsung meskipun tidak sedikit kuat ketimbang kontrol sederhana. Mesin-mesin, khususnya yang yang baru, sebagai mewakili maskulin. Ini mungkin ironis bahwa laki-laki sering ditaruh pada mesin-mesin baru karena 'perempuan tak mengerti', diberikan tingkatan yang mana 'kemahiran' sudah terkandung di dalam mesin.Â
Laki-laki juga dikontrol oleh mesin maskulin kapital-namun maskulinitas dari mereka berlangsung dalam beberapa cara untuk menyamarkan ini. Mesin-mesin yang lebih kecil, seperti mesin uji, pemroses kata dan terminal arus listrik, dioperasikan oleh perempuan. Namun dibalik mesin tenun komputer, itulah sumber ril kekuasaan.Â
Kontrol birokratis adalah bentuk yang sering lebih disukai oleh perempuan. Mereka bisa berkata, 'Kami tak butuh seorang patron laki-laki; kita dapat membuat nya 'berdasarkan prestasi'. Bentuk kontrol ini beroperasi lewat sanggahan bahwa tak ada diskriminasi. Ini kelihatannya bahwa gender tidak relevan, bahwa perempuan dapat membuatnya pada syarat yang sama dengan laki-laki, bahwa semua akan dievaluasi secara rasional dan jujur, berdasarkan kriteria yang sama.Â
Ini menampik problem spesifik yang dihadapi oleh perempuan pekerja dan cara-cara yang mana seluruh dunia kerja dibangun diseputar norma-norma laki-laki. Ia beroperasi tepatnya dengan mengatakan 'kami tidak tertarik dengan apapun tentang mu kecuali apakah kamu dapat melakukan pekerjaan tersebut', itulah, melalui ketidakbedaan.Â
Kontrol 'rasional' adalah kontrol yang halus, tapi tak kurang patriarkal-nya dari bentuk-bentuk lainnya. Ini mewujud di dalam ideologi bahwa 'perempuan dapat membuatnya di dalam sebuah dunia laki-laki' dan bahwa mereka dapat membuktikan diri mereka pada kerja laki-laki sepanjang mereka mempertahankan femininitas mereka.
Perempuan di bank dengan citra 'kesempatan yang sama' telah belajar bahwa struktur kekuasaan masih sebuah struktur kekuasaan laki-laki, betapapun rasional dan anonim kelihatannya. Kita dapat menyebut ini 'Patriarki tanpa sang Bapak' untuk menandakan bahwa ia datang dari suatu sistem yang nampak netral.Â