Mohon tunggu...
Popi lestari
Popi lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia ( Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pendekatan Teori Sastra dalam Memahami Nilai Religius dan Spiritualitas Karya Sastra

26 Desember 2024   07:32 Diperbarui: 26 Desember 2024   07:32 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Teori sastra  adalah seperangkat konsep, prinsip, atau pendekatan yang digunakan untuk memahami, menganalisis, dan menafsirkan karya sastra. Teori ini membantu kita melihat karya sastra dari berbagai sudut pandang, baik dari segi isi, bentuk, konteks, maupun pengaruhnya terhadap pembaca dan masyarakat. Teori sastra mencakup berbagai pendekatan, seperti strukturalisme, post-strukturalisme, feminisme, psikologi, sosiologi, hingga teori postcolonial

Ketika diterapkan pada karya sastra bertema agama, teori sastra memungkinkan kita untuk:

Memahami makna religius: Teori sastra dapat membantu mengungkap nilai-nilai spiritual, moral, atau ajaran agama yang terkandung dalam karya tersebut, misalnya melalui pendekatan hermeneutika yang fokus pada penafsiran teks.

Menganalisis struktur dan simbolisme: Pendekatan strukturalisme dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola, struktur, atau simbol-simbol religius dalam karya tersebut, seperti penggunaan mitos, metafora, atau narasi tertentu.

Menghubungkan karya dengan konteks sosial dan budaya: Pendekatan sosiologi sastra memungkinkan kita untuk melihat bagaimana karya bertema agama mencerminkan kondisi masyarakat atau norma agama pada zamannya.

Menggali pengaruh psikologis: Teori psikologi sastra bisa digunakan untuk memahami karakter dan konflik internal tokoh dalam hubungannya dengan keyakinan agama mereka

Menguji relevansi nilai universal: Teori etika sastra dapat digunakan untuk menganalisis apakah nilai-nilai religius yang disampaikan dalam karya itu bersifat universal atau kontekstual terhadap budaya tertentu.

Pendekatan sosiologis

Pendekatan sosiologis, sepanjang sejarahnya, khususnya di dunia barat selalu menduduki posisi penting. Hanya selama kurang dari satu abad, yaitu abad ke-20, pada saat strukturalisme menduduki posisi dominan, pendekatan sosiologis seolah-olah terlupakan. Pendekatan sosiologis kembali dipertimbangkan dalam era postrukturalisme. Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki anatara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh:

A)Karya sastra dihasilkan oleh pengarang

B)Pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat

C)Pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat

D)Basil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat

Perkembangan pesat ilmu humaniora memicu perkembangan studi sosiologis. Dasar pertimbangannya adalah memberikan keseimbangan terhadap dua dimensi manusia yaitu jasmani dan rohani. Para ilmuan kontemporer makin menyadari bahwa mengabaikan aspek-aspek rohaniah pada gilirannya membawa umat manusia pada degradasi mental, bahkan kehancuran.

Pendekatan antropologis

Lahirnya pendekatan antropologis, didasarkan atas kenyataan, pertama, adanya hubungan antara ilmu antropologi dengan bahasa. Kedua, dikaitkan dengan tradisi lisan, baik antropologi maupun sastra sama-sama mempermasalahkannya sebagai objek yang penting. Oleh karena itu, dalam penelitian sastra lisan, mitos, dan sistem religi, sering di antara kedua pendekatan terjadi tumpang tindih. Masalah penting yang juga perlu dicacat, sebagaimana juga dalam pendekatan sosiologis dan psikologis, pendekatan antropologis bukanlah aspek antropologi 'dalam' sastra melainkan antropologi 'dari' sastra.

Pokok-pokok bahasan yang ditawarkan dalam pendekatan antropologis adalah bahasa sebagaimana dimanfaatkan dalam karya sastra, sebagai struktur naratif, di antaranya:

A)Aspek-aspek naratif  karya sastra dari kebudayaan yang berbeda-beda

B)Penelitian aspek naratif sejak epik yang paling awal hingga novel yang paling modern

C)Bentuk-bentuk arkhais dalam karya sastra, baik dalam konteks karya individual maupun generasi

D)Bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra

E)Pengaruh mitos, sistem religi, dan citra primordial yang lain dalam kebudayaan popular

Nilai kebangsaan dalam karya sastra hamka 1930-1962

Karya sastra hamka merupakan satu diantara permulaan media sebagai upaya dalam mengubah nilai-nilai kebangsaan menjadi kesadaran nasional. Hal ini menyadarkan khalayak bahwa setiap manusia adalah actor historis. Kesadaran nasional hanya dapat dicapai jika seseorang mampu dalam menyadari. Kekayaan alam Indonesia dan pahlawan revolusi sebagai contoh model. Nilai-nilai kebangsaan sebagai bagian dari pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk generasi berjiwa patriot dan berkarakter baik. Kajian ini menggunakan penelitian historis dan analisis semosis. Kajian ini menemukan bahwa (1) Hamka adalah seorang ilmuan, penulis, guru, sekaligus dosen, jurnalis, politikus, dan ahli bahasa serta belajar di berbagai tempat seperti Sumatra, jawa, dan mekkah; (2) Hamka adalah salah satu dari 33 penulis paling popular karena kebanyakan karyanya selalu dipublikasikan, dicetak-ulang dan dibaca hingga kini; (3) Hamka menanamkan nilai-nilai kebangsaan melalui karya sastranya untuk menunjukkan keindahan sastra, hakikat dari gotong royong, toleransi dan spirit dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Hubungan antara agama dan tradisi lokal sangat memengaruhi isi dan tema karya sastra, karena keduanya merupakan bagian penting dari identitas budaya masyarakat. Agama memberikan kerangka moral, etika, dan spiritual, sedangkan tradisi lokal mencerminkan nilai, kebiasaan, dan pandangan dunia yang spesifik dari suatu komunitas. Ketika keduanya berpadu dalam karya sastra, mereka sering membentuk tema-tema yang mencerminkan harmoni, konflik, atau dialog antara kepercayaan agama dan adat setempat.

Sastra Modern: Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"

Contoh: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.

Agama: Menggambarkan nilai-nilai Islam seperti keimanan, takdir, dan kesabaran dalam menghadapi cobaan.

Tradisi lokal: Mengkritisi adat Minangkabau, khususnya aturan matrilineal yang memengaruhi hubungan cinta tokoh-tokohnya.

Pengaruh: Tema utamanya adalah konflik antara nilai-nilai agama dan adat, serta perjuangan mencari keseimbangan antara keduanya.

Kesimpulan

Karya sastra sering menjadi cerminan bagaimana agama dan tradisi lokal saling berinteraksi. Ketika harmoni tercipta, karya sastra dapat menjadi media untuk memperkuat identitas budaya. Namun, jika terjadi konflik antara agama dan tradisi, karya sastra dapat berfungsi sebagai kritik sosial, mengundang pembaca untuk mempertimbangkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.

Nilai-nilai sufistik di dalam novel tenggelamnya kapal van der wijck karangan buya hamka dan novel ketika cinta bertasbih karangan habiburrahman el shirazy, 2023. Penelitian ini mencoba menjelaskan pemahaman bahwa ajaran tasawuf dapat ditemukan bukan saja pada sumber ajaran utama Al-Quran dan Hadis ataupun pada kitab tasawuf maupun tarekat sufi, tetapi juga dapat ditemukan dalam karya novel sastra contohnya novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan Ketika Cinta Bertasbih. Novel karya Buya Hamka dan Habiburrahman El Shirazy menceritakan kisah cinta romansa kehidupan dalam dunia yang berbeda antara dua tokoh utama yang ada di dalam novel. Buya hamka adalah seorang ulama tasawuf yang berasal dari Padang sehingga novel beliau juga menggambarkan nilai tasawuf. Sedangkan Habiburrahman El Shirazy merupakan novelis Indonesia lulusan sarjana Al-Azhar Kairo yang juga terkenal sebagai da'i, sastrawan, pemimpin pesantren dan penceramah. Penelitian ini bersifat library research dengan pengumpulan datanya melalui teknik dokumentasi yaitu mencari sumber yang berkaitan dengan tema penelitian melalui buku artikel penelitian dan sumber lainnya. Sumber primer penelitian ini adalah dengan metode analisis isi novel tersebut. Dalam pengambilan kesimpulan menggunakan metode deduktif dari umum ke khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Hawa, M. (2017). Teori Sastra. Deepublish

Khakim, M. N. F. L. (2015). NILAI KEBANGSAAN DALAM KARYA SASTRA HAMKA 1930-1962. Jurnal Sejarah Dan Budaya, 8(2).

Simbolon, D. R., Perangin-Angin, E., & Nduru, S. M. (2022). Analisis nilai-nilai religius, moral, dan budaya pada novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijk karya Hamka serta relevansinya sebagai bahan ajar Sekolah Menengah Atas. Jurnal Basataka (JBT), 5(1), 50-61.

Nurizki, A. NILAI-NILAI SUFISTIK DI DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARANGAN BUYA HAMKA DAN NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARANGAN HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (Bachelor's thesis, FU).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun