Mohon tunggu...
Pontjo Utomo
Pontjo Utomo Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Jakarta. Suka travelling dan olah raga....Khalash!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sistem di Indonesia dan Dampaknya di Luar Negeri

18 Februari 2014   18:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Lebih jauh, SIM di Indonesia tidak menampilkan tanggal pertama SIM dikeluarkan dan tidak ada bhs Inggrisnya. Shg misalnya SIM baru di-renew 1 tahun, ketika dibawa ke luar negeri, kita dianggap driver yg punya pengalaman nyetir 1 tahun, pdhal kita sudah nyetir puluhan tahun. Ini akan mempengaruhi jenis driver license yg akan diberikan di luar negeri semisal di Australia.

Musti ada lembaga semisal BAN yg mengakreditasi perguruan2 tinggi di yg menampilkan hasil akreditasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia dan mesti berbahasa Inggris serta bisa diakses dari Internet. Betapa byk peluang kerja di luar yg bisa diisi oleh talenta2 terbaik Indonesia. Namun krn pihak luar "meragukan" sistem pendidikan tinggi di Indonesia...ya akhirnya jarang ada professional Indonesia di luar negeri terutama di Middle East yg di-hire oleh orang Arab, sementara ini yg byk professional datang dari India dan Pakistan saja di Middle East.

Lebih jauh, byk negera2 di dunia ini yg tdk membolehkan pemegang passport Indonesia utk datang ke sana dengan Visa on arrival (VOA). Hal ini mencerminkan keadaan negara kita, yg secara implisit dikatakan tidak bonafide oleh negara lain sehingga kalo mau masuk negara lain mesti apply visa di Embassy negara yg dituju, dilihat dulu punya duit ato nggak, terlibat terorism ato nggak bla..bla..bla..baru setelah 2 minggu mungkin baru dikasih Visa kalo clear datanya. Hatta, negara sekecil Bangladesh tidak lagi memperbolehkan orang Indonesia untuk datang ke sana mengguanakan VOA. Dulu thn 1999 sih saya masih bisa masuk Bangladesh dgn VOA, tapi belakangan...Hmm, Bangladesh-pun meragukan kredibilitas penduduk Indonesia....


Begitulah sedikit pengalaman kami wira-wiri sana-sini dgn identitas sbg orang Indonesia. Sebuah negeri yg "sepatutnya" makmur, gemah ripah loh jinawi, jamrud khatulistiwa, bermartabat dlsb...telah direndahkan martabatnya oleh rekan2 nya manusia dari negara2 lain..Sungguh miris. Semoga menjadi bahan masukan bagi para pengelola negara Indonesia. Mari bangun Indonesia..!


Subhanallahi Wabihamdihi Subhanaka Allahumma Wabihamdika Asyhadu Allaa ilaaha Illallahu Astaghfiruka Wa Atuubu Ilaihi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun