Hari yang dinanti akhirnya tiba. Rani memilih kafe kecil di sudut Malioboro, tempat yang cukup tenang untuk pertemuan pertama mereka. Ia mengenakan dress sederhana berwarna pastel, berharap penampilannya cukup baik.
Tak lama kemudian, seorang pria datang dengan senyum ramah. "Rani?" tanyanya pelan. Rani mendongak dan di hadapannya berdiri sosok yang selama ini hanya ia kenal lewat layar ponsel. Ardi dengan kemeja flanel biru dan kamera tergantung di lehernya, tampak seperti apa yang ia bayangkan. Ramah, sederhana, dan menenangkan. "Ardi?" jawab Rani dengan senyum gugup.
Ardi tertawa kecil. "Akhirnya ketemu juga ya. Kamu terlihat lebih cantik daripada di foto profil." Pipi Rani merona. "Kamu juga nggak kalah keren dari foto-foto di Instagram."
Percakapan mereka mengalir begitu saja seperti dua teman lama yang baru bertemu kembali. Tak ada rasa canggung dan tak ada jeda yang kaku. Rani merasa nyaman dan semakin yakin bahwa perasaan yang selama ini ia rasakan bukan hanya sebatas kekaguman.
Hari itu mereka menghabiskan waktu berkeliling kota Jogja. Ardi tak pernah lepas dari kameranya dan Rani sesekali menjadi model dadakan di antara pemandangan indah kota itu. Senyum mereka merekah seakan dunia hanya milik berdua.
Saat senja datang, mereka duduk di bukit kecil sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Ardi menatap Rani dalam-dalam dan berkata, "Rani, aku senang akhirnya bisa ketemu kamu. Entah kenapa, dari dulu aku merasa kita nyambung banget."
Rani menatapnya balik dan hatinya berdebar. "Aku juga, Ardi. Kamu spesial buatku."
Ardi tersenyum, lalu mengeluarkan ponselnya. "Satu foto terakhir untuk hari ini?"
Rani mengangguk. Ardi mengambil beberapa foto, lalu menunjukkan hasilnya. "Lihat, Ran. Ini foto favoritku hari ini."
Di layar ponsel itu, terlihat wajah Rani yang tersenyum dengan senja yang indah di belakangnya. "Cantik, kan?" ucap Ardi pelan. Rani hanya tersenyum. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan sekadar pertemuan pertama. Ini adalah awal dari sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih dari sekadar cinta dalam DM.
Setelah pertemuan di Jogja, hubungan Rani dan Ardi semakin intens. Percakapan mereka yang dulunya sebatas DM kini berlanjut ke panggilan telepon malam hari, video call panjang, dan rencana-rencana kecil untuk bertemu lagi. Rani merasa kehidupannya lebih berwarna dari sebelumnya. Ada Ardi, sosok yang mampu membuatnya tertawa lepas dan merasa dihargai.