"Nayla..." Daffa kembali memanggil dengan lembut, suaranya terdengar lebih pelan. Namun sebelum Nayla bisa merespons, sebuah suara riang tiba-tiba menyela mereka.
"Hei, kalian berdua lagi ngapain di sini?" seru Fira, teman sekelas mereka yang terkenal ceria dan suka bercanda. Di belakang Fira, terlihat Arman dan Tiara, dua teman dekat mereka yang sering berkumpul saat istirahat. Kedatangan teman-temannya yang lain membuat Nayla tersadar dari perasaan gugupnya dan segera memasang senyum, berusaha menutupi suasana canggung.
"Oh, cuma ngobrol biasa aja, Fir," jawab Nayla sambil tersenyum tipis berharap teman-temannya tak menyadari kegugupannya. Arman yang biasanya blak-blakan, mengangkat alis dan menatap Daffa dengan tatapan menggoda. "Ngobrol biasa atau ngobrol yang lain nih? Kalian berdua sering banget kelihatan bareng, ya."
Wajah Daffa memerah. "Ya ampun, Man, nggak ada apa-apa kok. Cuma ngobrol soal tugas kemarin aja," jawabnya sambil tertawa, meski jelas ada sedikit kebingungan dalam suaranya. Daffa berusaha mengalihkan topik dan Nayla tersenyum kecil melihat usahanya itu.
Tiara yang dikenal pendiam namun selalu memperhatikan, menatap Nayla dengan sorot mata penasaran. "Eh, ngomong-ngomong, Nay, kamu besok jadi datang ke acara ulang tahun temennya Kak Rina kan? Aku dengar dari Kak Rina kalau kamu diundang, loh," ucap Tiara sambil tersenyum ramah.
Nayla mengangguk, sedikit terkejut dengan pertanyaan Tiara yang tiba-tiba. "Iya, aku datang kok. Kalian juga pada mau datang, kan?"
Obrolan mereka pun berlanjut ke hal-hal yang lebih ringan seperti acara ulang tahun dan rencana mereka di akhir pekan. Namun di sela-sela canda tawa itu, Nayla masih bisa merasakan tatapan Daffa yang sesekali mengarah padanya, seolah ingin mengatakan sesuatu yang tak bisa ia sampaikan di tengah keramaian.
Saat mereka kembali ke kelas setelah istirahat, Nayla merasa ada sesuatu yang berbeda. Meski Daffa berusaha menutupinya, Nayla bisa merasakan bahwa ada perasaan dalam dirinya yang ingin disampaikan Daffa. Sementara itu, Fira, Arman, dan Tiara tak menyadari apa yang terjadi di balik layar chat antara Nayla dan Daffa, tempat mereka berdua berbagi perasaan yang tak pernah terucap langsung.
Bel istirahat selesai dan para siswa pun kembali ke kelas dengan langkah-langkah yang masih dipenuhi semangat. Nayla, Daffa, dan teman-temannya kembali ke bangku masing-masing dan siap mengikuti pelajaran berikutnya. Kali ini, kelas mereka diisi oleh Pak Rahmat, guru matematika yang tegas namun selalu berhasil membuat siswa-siswinya tertawa dengan lelucon dadakannya.
Pak Rahmat masuk ke kelas dengan senyuman lebar. "Baiklah, anak-anak, sebelum kita lanjut ke materi hari ini, siapa yang masih bingung dengan tugas kemarin?" Nayla melirik Daffa yang sebenarnya semalam baru saja bertanya soal tugas itu lewat chat. Daffa yang menyadari lirikan Nayla hanya bisa tersenyum malu dan segera mengangkat tangannya.
"Pak, saya masih kurang paham di bagian persamaan kuadrat yang nomor tiga itu," ujar Daffa. Pak Rahmat mengangguk sambil tersenyum. "Nah, bagus! Jangan malu bertanya. Kalau kita nggak tanya, kita nggak tahu, ya kan? Biar Pak Rahmat jelasin lagi dari awal. Perhatikan, ya!"