Mohon tunggu...
Vox Populi
Vox Populi Mohon Tunggu... Buruh - Pengamat

Vox populi vox moneta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Nasdem Capreskan Anies Baswedan, Langkah Terukur atau Ngawur?

8 Oktober 2022   23:59 Diperbarui: 9 Oktober 2022   00:18 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gara-gara menyajikan menu baru, Restoran Nasdem kehilangan 2,4% dari total pelanggan lamanya. Akan tetapi pada saat bersamaan restoran ini mendapatkan pelanggan baru sebanyak 9,8% alias nyaris sepuluh kali lipat dari jumlah pelanggan lama.

Dalam hitung-hitungan dagang, dan Surya Paloh memanglah seorang pedagang alias businessman, ini hitung-hitungannya masih untung. Ibarat kata rugi Rp 2,4 miliar, tetapi mendapat tambahan pemasukan Rp 9,8 miliar. Nett profit-nya Rp 7,4 miliar.

Inilah yang agaknya tidak terbaca oleh kader-kader Partai Nasdem yang memilih mundur. Atau mungkin memang tidak mau mempahami karena sudah kadung merasa eneg pada Anies bersama rekam jejaknya di Pilgub DKI Jakarta 2017.

Tentu saja Surya Paloh sudah memperhitungkan semuanya. Benar Partai Nasdem bakal ditinggalkan sejumlah pendukung, utamanya dari wilayah timur Indonesia. Namun, hei! Suara mayoritas Indonesia itu ada di Jawa.

Dengan mencalonkan Anies, Partai Nasdem berpeluang mendapatkan pendukung baru dari massa sayap kanan dan kanan jauh. Berpotensi menambah perolehan suara di Jawa Barat dan daerah-daerah relijius lain, misalnya, di mana selama ini selalu menyumbang sedikit saja.

Mungkin saja Surya Paloh memang berpikir begini, tidak apa-apa kehilangan basis di timur sana sepanjang tambahan suara di Jawa meningkat pesat. Bukankah, seperti kata DN Aidit dalam film propaganda yang sangat terkenal itu, Jawa adalah kunci?

Jadi, Partai Nasdem bakalan buntung apa buntung?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun