Kampanye Negatif vs Kampanye Hitam
Lalu bagaimana membedakan antara Kampanye Negatif dan Kampanye Hitam?
Sebenarnya, begitu kita sepakat untuk tidak menyertakan informasi fiktif ataupun dugaan semu apalagi fitnah dalam semua materi kampanye, kita bisa dengan mudah membedakan antara Kampanye Negatif dan Kampanye Hitam.
Kampanye Negatif adalah segala bentuk kampanye yang berisi materi atau informasi atau fakta negatif terkait kontestan politik.
Sebaliknya, Kampanye Hitam adalah segala bentuk kampanye yang berisi materi atau informasi yang tidak faktual atau palsu atau bohong. Pemutarbalikan fakta, pengelabuan atas data akurat, dan penafsiran sesat atas sebuah informasi, yang dimaksudkan untuk memfitnah seseorang, mencemarkan nama baiknya  dan memproduksi kebohongan, juga termasuk kategori Kampanye Hitam.
Contoh sederhana:
Jokowi meninggal dunia >> Kampanye Hitam. Jokowi tidak menyelesaikan tugas sebagai Gubernur Jakarta  >> Kampanye Negatif.
Prabowo pukul orang di KPU >> Kampanye Hitam. Prabowo dipecat dari ABRI >> Kampanye Negatif.
Menyanjung seorang calon dengan menggunakan informasi palsu juga termasuk bentuk Kampanye Hitam. Begitu juga dengan manipulasi fakta dalam rangka mengangkat citra sang calon.
Dalam perkembangannya, sisi negatif seorang calon yang dilancarkan oleh tim lawan dapat diolah menjadi poin positif oleh tim kampanye yang piawai. Tapi dalam menghadapi serangan hitam, cara yang paling tepat adalah dengan memprosesnya lewat jalur hukum, bukan malah balik melakukan serangan hitam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H