"Tahun 2039 nanti, Saya bahkan bercita-cita menjadi  Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi  Indonesia. Doakan saja suatu saat bisa terkabul," ujarnya.
Davidy sadar sepenuhnya bahwa pertanian berpotensi besar mampu  mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, walau menurutnya banyak orang yang menganggap pertanian adalah bidang yang inferior dan 'kotor.' Â
Ia pun berharap kemajuan teknologi dan pendidikan bisa turut mendorong  potensi pertanian di Indonesia. Es  krim sawi buatan Davidy dan teman-teman sekelompoknya disambut hangat  oleh anak-anak yang tinggal di sekitar Politeknik Negeri Jember.
"Indonesia masih mengimpor bahan pangan  dalam jumlah yang tinggi, ada 29 bahan baku makanan pokok masih diimpor  dari luar negeri. Padahal, banyak sekali teknik-teknik pertanian yang  saya pelajari di Polije seperti kultur jaringan, ilmu pemuliaan tanaman  dan proteksi tanaman. Semua hal ini seharusnya dapat menjadikan sektor  pertanian di Indonesia maju pesat," paparnya.
Sejak kecil, Davidy tumbuh di daerah pertanian di Desa Kluncing,  Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, sehingga ia memahami  teknik-teknik pertanian sederhana di desanya.Â
Pengetahuan dasar itu ia  kembangkan dan dengan mantap ia memilih pendidikan vokasi yang  memungkinkannya melakukan lebih banyak praktik dan dapat terjun langsung  ke lapangan.
Pertanian jadi prioritasÂ
Kiprah Davidy mematahkan persepsi umum bahwa pertanian adalah bidang  tradisional yang semakin ditinggalkan oleh generasi muda. Sebaliknya, keterampilan dan keberanian perempuan muda itu untuk melakukan inovasi,  menjadi inspirasi bagaimana praktik pertanian dapat diremajakan dan membuka gairah generasi muda untuk menekuni profesi ini.
Mengingat pentingnya pertanian sebagai garda ketahanan pangan bangsa, tidak heran sektor ini menjadi salah satu perhatian utama pengembangan pendidikan politeknik di samping manufaktur, infrastruktur, pertambangan dan energi, serta pariwisata.
Kampus Davidy, Polije, termasuk salah satu dari 34 politeknik negeri  dan swasta yang berada di bawah Program Pengembangan Pendidikan Politeknik (PEDP) yang digagas oleh Kemristekdikti dan didukung oleh  Asian Development Bank-yang khusus menggelontorkan dukungan sebesar 75  juta US dollar-dan Pemerintah Canada, demi meningkatkan akses dan  kualitas pendidikan politeknik di Indonesia.
Davidy juga menjadi bukti bahwa sistem dan pendekatan pendidikan  politeknik mendorong para mahasiswanya untuk menguasai  keterampilan-keterampilan abad ke-21.
Mereka diasah untuk memiliki  kemampuan belajar dan melakukan inovasi, menguasai informasi, media dan  teknologi, membekali diri dengan keterampilan hidup, dan menciptakan  kesempatan untuk mengembangkan karir.
Dengan demikian, mahasiswa tak  perlu ragu lagi untuk menempuh pendidikan politeknik dan berprestasi  sesuai bakat serta minatnya.