Mohon tunggu...
Polisman Halawa
Polisman Halawa Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Saya adalah seorang content writer yang berfokus pada pembuatan konten berkualitas , menarik, dan dioptimalkan untuk SEO. Dengan kemampuan riset yang kuat dan gaya penulisan yang adaptif, saya mampu menghasilkan konten yang relevan bagi berbagai audiens, baik untuk blog, artikel, media sosial, maupun kebutuhan pemasaran digital lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kenapa Anak Pilih Games daripada Buku: Apa Penyebabnya?

28 Agustus 2024   11:29 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:59 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman digital saat ini, banyak pihak, termasuk orang tua dan pendidik, merasa khawatir karena anak-anak cenderung lebih suka bermain game daripada membaca buku. 

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kecenderungan anak-anak mengapa memilih game daripada buku. Dalam hal ini, kita akan menjelajahi beberapa alasan utama di balik fenomena saat ini, ditinjau dari perspektif psikologi, teknologi, dan lingkungan sosial.

1. Daya tarik visual dan interaktif 

Salah satu alasan utama anak-anak lebih memilih game daripada buku adalah karena daya tarik visual dan interaktivitas yang ditawarkan oleh game. Game modern sering kali menampilkan grafis yang menawan, efek suara yang nyata, dan alur cerita yang menantang, memberikan rangsangan langsung pada otak anak.

Melalui game, anak-anak dapat berinteraksi dengan karakter, mengontrol jalannya cerita, dan mendapatkan penghargaan secara instan, sesuatu yang tidak mudah ditemukan dalam aktivitas membaca.

Di sisi lain, buku, meskipun mampu merangsang imajinasi, sering kali membutuhkan usaha mental yang lebih besar untuk memahami dan menafsirkan teks. Anak-anak yang terbiasa dengan stimulasi cepat dan instan dari game mungkin merasa bahwa membaca adalah kegiatan yang membosankan dan kurang menarik.

2. Dopamin dan kecanduan digital 

Secara psikologis, bermain video game dapat merangsang pelepasan dopamin di otak, neurotransmitter yang sangat berkaitan dengan perasaan bahagia dan penghargaan. Ketika anak-anak bermain game, terutama yang penuh tantangan atau kompetisi, tingkat dopamin di otak mereka meningkat. 

Peningkatan ini menciptakan perasaan euforia, kesenangan, dan kepuasan seketika. Setiap kali mereka menyelesaikan level, menang dalam pertandingan, atau menghadapi tantangan di dalam game, pelepasan dopamin meningkat, memperkuat dorongan untuk mengulangi pengalaman tersebut. 

Ini serupa dengan pola kecanduan, di mana anak-anak terus mencari aktivitas yang memberi mereka "hadiah" berupa pelepasan dopamin, sehingga mereka terdorong untuk bermain lebih banyak.

Di sisi lain, membaca buku tidak selalu merangsang pelepasan dopamin dengan intensitas yang sama. Meskipun buku yang menarik atau menginspirasi dapat menimbulkan perasaan bahagia, proses membaca biasanya lebih lambat dan memerlukan konsentrasi serta imajinasi yang mendalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun