Dito sering menghadapi kesulitan saat diminta makan sayur. Alih-alih memaksanya dengan cara yang mungkin membuatnya merasa tertekan, Bu Rina memilih pendekatan yang lebih positif dan memberdayakan. Ketika saat makan tiba, Bu Rina menghadapi Dito dengan senyuman dan penuh kesabaran.
"Dito, hari ini kita punya dua jenis sayur: brokoli dan wortel. Mana yang mau kamu makan dulu? Keduanya enak dan sangat baik untuk tubuhmu," ujar Bu Rina dengan nada ceria dan penuh perhatian.
Dengan memberikan Dito pilihan antara brokoli dan wortel, Bu Rina memberikan rasa kontrol dan kebebasan dalam keputusan kecil tersebut. Ini tidak hanya memberikan Dito perasaan bahwa ia memiliki kendali, tetapi juga membuatnya merasa lebih terlibat dalam proses makan. Dito menyadari bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih, yang mengurangi perasaan terpaksa yang sering membuatnya enggan makan sayur.
Pendekatan ini membuat Dito merasa bahwa ia tidak dipaksa untuk makan sayur, melainkan diberi pilihan yang sesuai dengan keinginannya. Dengan cara ini, Dito lebih bersedia mencoba makan sayur tanpa merasa tertekan. Seiring waktu, kebiasaan ini membantu Dito lebih terbuka terhadap makanan sehat sehingga waktu makan jadi pengalaman yang lebih menyenangkan dan positif.
4. Puji perilaku yang baikÂ
Setiap kali Dito melakukan hal-hal positif, seperti membereskan mainannya atau membantu adiknya, Bu Rina selalu memberikan pujian yang tulus. Misalnya, setelah Dito menyelesaikan tugasnya, Bu Rina mendekatinya dengan senyuman hangat dan berkata, "Wah, Dito hebat! Kamu sangat membantu ibu hari ini."
Bu Rina secara konsisten memuji setiap tindakan positif dari Dito, dengan cermat memperhatikan setiap usaha kecil yang ditunjukkannya. Ketika Dito membereskan mainan yang berserakan di kamar atau dengan sabar membantu adiknya bermain, Bu Rina selalu mengambil waktu untuk mengapresiasi upayanya. Dengan mengekspresikan kekaguman dan menghargai kontribusinya, ia memperkuat perilaku baik Dito.
Pujian yang diberikan Bu Rina membuat Dito merasa bangga dengan pencapaiannya dan memberikan dorongan untuk terus berperilaku baik. Rasa bangga dan pengakuan ini memotivasi Dito untuk lebih rajin melakukan hal-hal positif dan memperhatikan tindakannya. Ia belajar bahwa berbuat baik dan membantu tidak hanya memberi kepuasan pribadi, tetapi juga mendapatkan pengakuan dari orang yang dicintai.
5. Beri waktu untuk menenangkan diri
Ketika Dito sedang marah atau merasa kesal, Bu Rina tidak menegurnya. Sebaliknya, dia memberi Dito waktu dan ruang untuk menenangkan diri. Dengan suara lembut, Bu Rina berkata, "Dito, jika kamu sedang marah, kamu boleh duduk di sini dulu sampai kamu merasa lebih baik. Ibu ada di sini jika kamu ingin bicara."
Dengan pendekatan ini, Dito diberi kesempatan untuk mengenali dan memahami emosinya. Dia belajar bahwa perasaan yang dialaminya adalah sah, dan dengan waktu yang cukup, dia bisa mengelola emosinya dengan lebih baik. Pendekatan ini membuat Dito menjadi lebih tenang dan siap untuk berbicara, memperkuat hubungan dan komunikasi antara dirinya dan Bu Rina.