Pada suatu pagi yang cerah, Bu Rina merasa kebingungan. Anak laki-lakinya, Dito, sering kali tidak mendengarkan perkataannya dan sangat sulit diatur. Bu Rina sering merasa ingin marah ketika Dito berbuat kesalahan, namun ia menyadari bahwa kemarahan bukanlah sikap terbaik untuk mendidik anak. Lalu, apa yang harus dilakukan?
Kemudian, Bu Rina mendengar tentang cara mendidik anak tanpa harus marah, yaitu dengan pendekatan empati dan kasih sayang. Ternyata, ada banyak metode untuk mendisiplinkan anak tanpa perlu memarahi mereka. Bu Rina pun mulai mencoba beberapa metode tersebut.
1. Bicara dengan nada tenang
Pada suatu pagi saat sarapan, Dito secara tidak sengaja menumpahkan segelas susu di meja makan. Susu tersebut meluber ke seluruh meja, merembes hingga ke tepi, dan beberapa tetes bahkan jatuh ke lantai. Biasanya, Bu Rina akan segera meluapkan kemarahannya dan mengeluh, "Aduh, Dito! Kenapa kamu selalu ceroboh?" dengan nada tegas dan sedikit kesal.
Namun, hari ini Bu Rina memutuskan untuk bertindak berbeda. Setelah menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, ia mendekati Dito dengan senyum lembut dan suara yang penuh kesabaran. "Dito, mari kita bersihkan tumpahan ini bersama. Lain kali, hati-hati ya."
Dengan berbicara dengan nada yang tenang dan tanpa kemarahan, Bu Rina menciptakan suasana yang lebih positif. Dito, yang biasanya merasa tertekan atau takut ketika menghadapi kemarahan, kali ini merasa lebih dihargai dan tidak merasa terancam. Ia lebih siap untuk menerima tanggung jawab dan lebih terbuka untuk mendengarkan nasihat ibunya. Aktivitas membersihkan tumpahan bersama menjadi momen pembelajaran yang penuh kasih, bukan pengalaman yang menakutkan.Â
2. Beri penjelasan yang mudah di pahamiÂ
Ketika Dito menolak untuk membereskan mainannya yang berserakan di lantai, Bu Rina memilih untuk tidak langsung marah. Sebaliknya, ia duduk di samping Dito dengan sikap tenang dan penuh pengertian. Ia memulai percakapan dengan lembut, "Dito, mainan yang berserakan di lantai bisa membuat orang tersandung dan jatuh. Kalau kita bereskan bersama, kamar akan menjadi rapi dan bersih, dan nanti kita bisa bermain lagi dengan lebih nyaman."
Bu Rina menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, memastikan Dito mengerti alasan di balik permintaannya. Ia menghindari kata-kata yang rumit atau perintah yang terasa menakutkan. Dengan cara ini, Bu Rina menjelaskan dampak dari mainan yang berserakan dan manfaat dari membereskannya dengan cara yang langsung dan jelas, sehingga Dito lebih mudah memahami dan menerima alasan tersebut.
Pendekatan ini membuat Dito merasa lebih dihargai dan tidak tertekan. Ia menjadi lebih bersedia untuk membantu membersihkan karena memahami pentingnya menjaga kebersihan dan bagaimana tindakan itu dapat mempermudah bermain ke depannya. Aktivitas membereskan mainan bersama pun menjadi momen yang positif, di mana Dito merasa didukung dan diperhatikan.
3. Berikan pilihanÂ