Di tengah hutan yang lebat mengelilingi sebuah desa terpencil, berdiri sebuah bangunan tua yang telah dilupakan oleh waktu. Rumah itu menjadi saksi bisu dari masa lalu yang kelam dan penuh misteri, menjulang megah di antara pepohonan yang tinggi, menyimpan rahasia-rahasia yang terpendam di dalam dinding-dindingnya yang retak dan berdebu.
Desa tempat rumah itu berdiri telah lama menjadi pusat legenda hitam di kalangan penduduknya. Kisah-kisah tentang kejadian-kejadian aneh dan tak terduga tersebar seperti kobaran api di malam gelap. Suara-suara misterius yang terdengar di tengah malam, bayangan-bayangan yang melintas di bawah sinar bulan pucat, dan kejadian-kejadian mistis lainnya telah menjadi bagian dari warisan mengerikan yang melekat pada desa itu.
Namun, di musim panas yang terik ini, sebuah keberanian mengemuka dari sekelompok mahasiswa universitas. Mereka memilih untuk menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa yang terkenal sebagai tempat yang terkutuk itu. Selain mencari pengetahuan dan pengalaman, mereka juga terpikat oleh misteri yang menyelimuti desa tersebut.
Dengan hati yang berdebar-debar namun dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang tidak terbendung, para mahasiswa itu memasuki desa dengan langkah-langkah yang gemetar. Di hadapan mereka, terbentang pemandangan yang menakutkan, dengan rumah tua yang berdiri gagah di tengah desa yang sunyi. Meskipun tidak tahu apa yang menanti mereka di sana, tekad mereka tidak goyah oleh ketakutan yang mengintai.
Setiap langkah yang mereka ambil semakin memperkuat aura misterius yang menyelimuti desa itu, seperti rahasia-rahasia yang menunggu untuk diungkap di setiap tikungan jalan. Para mahasiswa itu bertekad untuk mengungkap teka-teki yang tersembunyi di dalamnya, siap menghadapi segala ketakutan dan tantangan yang mungkin menghadang. Mereka adalah penjelajah-penjelajah modern yang siap menaklukkan dunia gelap yang tersembunyi di balik teriknya matahari musim panas.
Maya, seorang mahasiswa yang penuh semangat, menjadi pemimpin rombongan dengan langkah-langkah tegar yang tak tergoyahkan. Dengan sorot matanya yang berbinar antusias, ia mengajak teman-temannya untuk menjelajahi setiap sudut desa dan menyelidiki cerita-cerita legenda yang telah menjadi topik pembicaraan di sekitar rumah tua yang terlupakan itu. Namun, sejak tiba di desa tersebut, mereka diselimuti oleh atmosfir kelam yang memilukan.
Meskipun sinar matahari bersinar terang, udara terasa dingin dan menyengat, menghantui mereka dengan rasa kebekuan yang menggigit. Setiap hembusan angin membawa getaran misterius, seakan-akan desa itu sendiri menahan napas dalam antisipasi akan kedatangan mereka. Langit yang seharusnya cerah dan biru terlihat seperti tiruan palsu di atas kepala mereka, karena hening yang menakutkan menggantung di udara, menciptakan ketegangan yang menakutkan di setiap sudut.
Maya merasakan bulu kuduknya merinding saat mereka menapaki jalan menuju dalam desa yang sunyi itu. Langkah-langkah mereka menggetarkan ketenangan yang sudah lama terkubur. Mata Maya memancarkan rasa ingin tahu dan keberanian, meskipun ia tak bisa mengabaikan ketidaknyamanan yang melingkupi hatinya. Ia memimpin rombongan dengan langkah mantap, meskipun rasa cemas memenuhi hatinya.
Di balik senyumnya yang bersemangat, Maya menyimpan waspada yang tak terhindarkan. Tantangan yang dihadapi di desa ini melebihi apa yang mereka perkirakan, dan atmosfir kelam itu begitu nyata sehingga sulit diabaikan. Namun, Maya tak akan menyerah pada ketakutan. Dengan tekad yang bulat, ia memimpin teman-temannya melalui labirin misteri yang menyelimuti desa itu, siap menghadapi segala rintangan yang mungkin menunggu di setiap tikungan jalan.
Saat malam mulai menjelang, rombongan mahasiswa berkumpul di ruang tengah rumah tua yang telah terlupakan selama bertahun-tahun. Cahaya lampu remang-remang menyala redup, menciptakan bayangan-bayangan menyeramkan yang terpantul di dinding-dinding retak yang berselimut debu. Atmosfer ruangan terasa seakan menyatu dengan kegelapan yang mengelilingi desa itu, menciptakan suasana yang mencekam.
Mereka duduk mengelilingi meja kayu tua yang sudah lama tak terawat, dengan setiap sudutnya dipenuhi oleh tanda-tanda usia dan keheningan yang menyergap. Setiap napas yang mereka hela terdengar gemetar di ruangan yang dipenuhi dengan aura misterius. Suasana hening yang menakutkan terasa menggantung di udara, seolah malam itu menolak untuk mengungkapkan rahasianya.
Saat mereka saling menatap dengan pandangan yang penuh tanda tanya, ketegangan semakin terasa. Setiap getaran kecil terasa memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Di tengah kegelapan, meja kayu tua menjadi pusat perhatian, seolah menjadi panggung untuk peristiwa-peristiwa misterius yang mungkin akan terungkap.
Namun, meskipun ketegangan melingkupi mereka, semangat dan ketertarikan mereka dalam penelitian tidak pernah pudar. Dengan hati yang berdebar-debar, mereka siap memulai sesi penelitian mereka, siap untuk mengungkap misteri yang tersembunyi dalam rumah tua yang terlupakan itu.
"Dari apa kita harus menulis?" desis seorang mahasiswa, suaranya nyaris tenggelam di antara deru angin malam yang menusuk tulang.
Mata mereka saling memandang di dalam ruang tengah rumah tua yang terbengkalai itu. Cahaya yang redup menyilaukan, menciptakan bayangan yang menyeramkan di setiap sisi ruangan. Udara terasa tegang, seolah-olah kesunyian malam itu membawa pesan-pesan yang tak terucapkan dari masa lalu yang suram.
Maya, yang menjadi pemimpin rombongan, menarik napas dalam-dalam sebelum memberikan jawaban, "Legenda... mengenai ketakutan. Tentang segala sesuatu yang merayap di benak kita di malam yang gelap seperti ini."
Suara kata-kata Maya seakan seperti bisikan yang menyusup dari alam gaib, merayap masuk melalui celah-celah dinding tua rumah itu. Mahasiswa lainnya menggigil, terkejut oleh atmosfer yang semakin menakutkan.
"Tapi, apa yang sesungguhnya kita cari di sini?" tanya salah seorang mahasiswa lagi, suaranya serak oleh keraguan yang mendalam.
Maya menatap ke dalam kegelapan di luar jendela, seolah-olah mencari jawaban dari sana. "Bagaimana jika kita meneliti legenda tentang 'Hantu Wanita Berkepala Terbang' yang sering disebut oleh penduduk setempat?" Maya mengusulkan.
Semua anggota rombongan setuju. Mereka mulai merumuskan rencana penelitian mereka, mencatat setiap detail yang diperlukan. Namun, semakin dalam mereka menyelidiki cerita tentang hantu tersebut, semakin suram dan menakutkan suasana di sekeliling mereka.
Ketika jam menunjukkan pukul dua belas malam, sebuah suara aneh terdengar dari luar rumah tua tersebut. Wajah-wajah mereka memucat karena ketakutan, saling berpandangan dalam ketegangan yang membelenggu. Suara itu semakin membesar, seolah ada sesuatu yang mencoba menembus dinding rumah.
Tanpa ragu, mereka sepakat untuk menyelidiki. Dengan hati-hati, mereka melangkah keluar ke teras rumah tua itu. Angin malam yang dingin membuat mereka gemetar, tapi rasa ingin tahu dan ketakutan mendorong mereka maju.
Tiba-tiba, sesosok bayangan muncul di kegelapan. Langkah-langkah beratnya menghantui mereka, dan mereka merasakan keberadaan sesuatu yang tak terlihat di sekitar mereka. Mereka berlari menuju hutan, berusaha melarikan diri dari ancaman yang mengintai.
Namun, semakin mereka memasuki hutan, semakin jelas terasa bahwa mereka tidak sendirian. Suasana hutan semakin menakutkan, pohon-pohon menjulang tinggi seakan menyembunyikan sesuatu dalam kegelapan mereka.
Dalam kegelapan pekat, mereka tiba di sebuah pemakaman tua yang terbengkalai. Kuburan-kuburan usang menjulang di bawah sinar rembulan yang samar. Namun, yang lebih mengejutkan, mereka melihat sosok wanita berkepala terbang di atas makam tua. Mata merahnya berkilauan, senyumnya menyeramkan membuat bulu kuduk mereka merinding.
Tanpa ragu, mereka berlari kembali ke rumah tua itu. Namun, sesuatu menghalangi mereka di pintu masuk. Sosok bayangan besar berdiri di depan mereka, menghalangi jalan pulang.
Dalam ketakutan yang mendalam, mereka berusaha mencari jalan keluar, tapi semakin mereka berlari, semakin terjebak dalam labirin kegelapan yang menakutkan.
Saat mereka hampir putus asa, Maya mendapat ide. Dia mengingat legenda yang mereka teliti, menyadari bahwa hanya dengan menghadapi ketakutan mereka, mereka bisa melepaskan diri dari kutukan desa itu.
Dengan tekad bulat, mereka menghadapi hantu-hantu yang menghantui mereka. Mereka menghadapi ketakutan mereka dengan berani, dan akhirnya, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Bayangan-bayangan itu mulai memudar, dan suasana di sekitar mereka mulai terang.
Mereka keluar dari rumah tua itu, melewati hutan yang kini damai di bawah sinar matahari pagi. Mereka menyadari bahwa mereka telah berhasil mengalahkan kutukan desa itu, dan kembali ke perguruan tinggi dengan cerita yang tak terlupakan.
Dari malam itu, mereka belajar bahwa sesuatu yang menakutkan tidak selalu harus ditakuti. Kadang-kadang, hanya dengan menghadapinya dengan berani, kita bisa mengatasi ketakutan kita dan menemukan kekuatan di dalam diri kita yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H