Mohon tunggu...
Annie Moengiel
Annie Moengiel Mohon Tunggu... Seniman - Perempuan biasa saja

Just an ordinary woman who like an extraordinary thing ...:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Kecil Itu, Anakku?

27 Oktober 2019   14:41 Diperbarui: 27 Oktober 2019   15:36 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dibunyikan nya klakson mobil dan seorang wanita setengah baya berlari membukakan pintu gerbang . Rumah bercat putih itu nampak asri dan tenang . Dua ekor anjing berlari menyambut tuannya datang . Ano turun dari mobil dan melangkah gontai . Tak dihiraukannya binatang kesayangan yang biasanya langsung dipeluknya saat pulang . Langkahnya lunglai seolah tak melihat orang disekitarnya. Bahkan tak dihiraukannya lelaki tua yang berdiri di teras dan memandangnya heran . Di belakangnya mami pun menunjulkan ekspresi kesedihan " Ada apa Mi? Tanya lelaki itu tak bisa menyembunyikan rasa heranya. "Entahlah pi...aku gak tahu harus cerita apa " sahut mami masih sambil menangis.  "Kenapa ? Lia tak apa apa kan ? Bayinya selamat kan ? Papi memberondongnya dengan pertanyaan.  Mami mengangguk dan membuat papi semakin heran . Bahkan si bibi si amang supir pun ikut heran . "Ati...ambil minum buat mami bawa sini " perintahnya ke si bibi . Bi Ati berjalan cepat dan kembali dengan segelas air .
Kemudian diulurkannya ke mami . Sementara papi masih terheran heran, pikiranya diliputi tanda tanya. Mami berjalan kedalam , mengisyaratkan papi untuk mengikutinya ke dalam kamar .

Sementara di lantai atas, Ano masih duduk mematung di sisi tempat tidurnya. Tempat yang ditinggalkanya beberapa bulan lalu. Ya, semenjak menikah Ano tak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya. Dia memboyong Lia dan membeli sebuah appartemen condominium,  melewati masa masa indah bersama istrinya. Istri yang dicintainya dan selalu dibanggakannya. Lalu siapa sangka kalau ternyata selama ini wanita itu membohonginya..? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya jika bayi yang dikandung Lia itu bukan benihnya. Selama ini Lia begitu penurut dan terlihat sangat mencintainya. Tapi kenyataan hari ini menghancurkan kepercayaanya . Amarahnya bangkit, tangannya mengepal keras dan tembok kamar itu menjadi sasaran pelampiasan. Pikirananya kacau, ingin rasaya dia mencari Piere...lelaki bule yang menitipkan benihnya di rahim Lia. Tapi itu tak mungkin, dia tahu bajingan itu telah pergi beberapa hari setelah Lia sah menjadi istrinya. Tiba tiba rasa sakit makin menjadi di hatinya. Rasa sayangnya pada Lia berubah menjadi kemarahan dan benci...dia merasa dipecundangi. Matanya terasa panas dan memerah. Tiba tiba pintu kamarnya terbuka, Papi, Mami dan Echa adiknya berdiri disana..
Si Papi berjalan dan menepuk pundaknya..
"Sudahlah Ano , tak ada guna kau marah" katanya bijak ."Lebih baik kau pikirkan apa yang ingin kau lakukan" lanjutnya
"Kalau kau mau terima anak itu , terimalah dengan jiwa besar, kalau tidak bisa lakukan tugasmu sebagai lelaki. Selasaikan urusan rumah sakit dan kembalikan Lia pada orang tuanya " Si papi menghela nafas panjang. Matanya menerawang, dia tahu rasa marah putranya tapi sebagai orang tua dia harus memberikan nasehat terbaiknya "Pikirkan baik baik langkah yang kau ambil. Karena pasti akan menjadi berita " lanjutnua kemudian .

Kalimat terakhir papi tiba tiba menyadarkan semua yang ada disitu . Ano memdadak panik, dia berhasil menyembunyikan Lia selama ini dari kejaran media. Mulai dari pernikahan hingga kehamilanya semua tertutup rapat dari endusan media. Dia tak ingin membagi kehidupan pribadinya dengan publik yang seringkali membuatnya merasa di hakimi. Dia ingin melindungi Lia dari berbagai opini liar pembaca berita yang seringkali sok tahu dan selalu ingin tahu . Sebagai publik figure Ano memang kerap kali menjadi buruan para pewarta. Dan selama ini dia berhasil membentengi kehidupan pribadinya dari incaran mereka. Dan dia merasa harus tetap menyembunyikan kenyataan kali ini. Tak bisa dibayangkan apa yang akan tertulis di media media itu jika mereka tahu Lia melahirkan. ..dan anak itu ..bayi itu sama sekali tak mirip dengan mama dan papanya . Bergidik rasanya membayangkan itu semua. Kesadaranya pulih ...dia harus menyembunyikan Lia dari media manapun . Banyak mulut yang harus dibungkamnya agar tak bersuara. Kali ini dia harus melakukannya sekali lagi . Bukan untuk Lia , tapi untuk dirinya sendiri, untuk harga dirinya yang hancur dipecundangi.  Bukan hal mudah menyembunyikan diri dari media media nyinyir itu . "Echa..." katanya pada adiknya. Echa mendekat. Ano menulis sederet angka pada sebuah cek dan memberikan instruksi pada adiknya. Echa hanya mengangguk paham dan siap menjalankan perintah kakaknya .
               ~0~0~0~0~0~0~0~0
Hari ini tiga bulan sudah peristiwa itu berlalu. Selama itu pula Ano mampu menyembunyikan Lia dan bayinya. Meskipun belakangan ini media media itu mulai usil menanyakan keberadaan Lia. Tapi Ano berhasil mengalihkan perhatian mereka dengan karya karyanya. Selama itu pula dia berhasil menyembunyikan amarahnya , rindunya dan juga cintanya pada Lia. Selama tiga bulan, sama sekali tak ada komunikasi dengan Lia. Wanita muda itu menerima hukuman atas apa yang telah dilakukan padanya. Ya ..Itu juga yang dirasakan Lia .

Di sebuah condominium mewah di pinggiran Jakarta seorang wanita muda terduduk tanpa gairah . Tempat dia menerima hukuman atas apa yang dilakukannya . Wanita itu masih cantik , namun terlihat begitu tertekan . Dua lelaki berbadan tegap selaku siaga di depan pintu lift yang menjadi pintu keluar masuk dan menghubungkanya dengan dunia luar. Seorang suster sigap merawat kebutuhan bayinya. Dan seorang pembantu disediakan untuk memgurus kebutuhanya . Sepintas terlihat nyaman dan baik baik saja . Tapi tidak seperti itu yang dirasakannya,  dia merasa hampir gila. Terasing di dunia sunyi tanpa tahu ada dimana . Teringat malam itu ...baru beberapa jam setelah melahirkan , tengah malam tiba2 Dokter membawanya pindah ke tempat ini, seorang suster menjaganya sampai hari ini. Mengurus semua kebutuhannya . Yang menyedihkan adalah, tak ada alat komunikasi yang boleh dipakainya, tak ada televisi yang bisa menjadi jendela informasi untuknya, apalagi handphone dan Internet.  Lia benar benar tak tahu apa yang terjadi di luar sana. Dia terkurung dan terputus dari dunia luar. Hanya di sebuah ruangan mewah dan dingin ini dunianya berada. Lia bahkan tak lagi tahu hari ini hari apa . Kadang dia memohon kepada pembantu yang melayani nya untuk meminjam handphone. Dia ingin menghubungi Ano . Tapi tak pernah bisa .

Untung masih ada Gracie..si bayi mungil yang dilahirkannya itu adalah satu satunya pelipur lara baginya. Bayi itu tumbuh sehat, mata biru dan rambut pirangnya itu mengingatkannya pada Piere, kekasihnya sebelum menikah dengan Ano. Lelaki perancis yang romantis dan periang itu cukup mencuri hatinya. Sayang lelaki itu tak pernah punya uang . Kehadiran Ano di hidupnya pun terjadi tanpa sengaja. Ano adalah selebriti ternama yang banyak diperebutkan para wanita. Tak terkecuali teman temannya. Terkenal dan royal adalah dua hal yang menarik para wanita itu berebut mendekatinya meskipun wajahnya biasa saja. Entah apa yang terjadi saat itu, rupanya Ano tertarik padanya. Berbagai hadiah diterimanya mulai dari bunga sampai kalung permata. Tak perlu waktu lama , hanya dalam waktu dua bulan Lia takluk dan jatuh dalam pelukanya.  Sementara hubungannya dengan Piere tiba tiba terasa hambar dan kehilangan romansa. Lia melupakan kebersamaannya dan menerima pinangan Ano. Meskipun dia belum benar benar berpisah dengan Piere. Mereka masih tinggal bersama di sebuah apartment sederhana. Puncaknya adalah saat Ano mengajaknya liburan ke Eropa, dan saat itu pula Lia meninggalkan Piere begitu saja. Sekembalinya dari Eropa Lia pindah ke Apartment yang disiapkan Ano untuknya. Sampai mereka menikah dan Piere begitu terpukul mengetahui berita yang tiba tiba. Saat itu Lia tak menyadari bahwa dia sedang mengandung anak Piere.

Seminggu setelah menikah, Lia merasa mual dan lemas luar biasa. Sementara Ano ada pekerjaan di luar kota. Lia pergi memeriksakan diri ke dokter, dan sungguh terkejut saat dokter mengatakan Lia hamil . Hampir tiga bulan usia kandungannya. Mendadak pikiranya kacau, baru menikah satu minggu tapi aku hamil tiga bulan.
Bagaimana aku harus menjelaskan pada Ano soal ini , pikirnya panik. Sempat terlintas dalam pikiranya untuk aborsi. Tapi Lia takut . Sampai saat Ano kembali dari luar kota, lia masih berpura pura biasa saja. Ditunggunya saat yang tepat untuk menyampaikan tentang kehamilanya.  Dan tak pernah terbayangkan juka anaknya nanti lahir mirip ayah biologisnya.

Ano begitu bahagia mendengar kehamilannya, dia memperlakukanya bak seorang ratu. Hari hari bahagia bersama Ano adalah saat terindah sepanjang hidupnya. Meski jauh didalam hatinya Lia merasa sangat bersalah.  Ano sangat memanjakanya. Hingga saat kelahiran tiba dan semua berubah menjadi mimpi buruk baginya. Hingga hari ini Ano menghukumnya. Mengurungnya dalam keterasingan , tak ada celah baginya untuk melarikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun