Saya tanya namanya siapa dan saya tanya dari mana mau kemana. Saat itu dia menyaku namanya Wayan A**a, dari Seminyak mau ke Ubud. Saya juga meminta nomor kontaknya.
Ketika dia melihat bahwa cat mobil saya menempel di bumper ban kiri depan mobilnya, dia terdiam seribu bahasa. Sayapun mulai bertanya padanya, "jadi ini harus bagaimana?"
"Karena mobil saya rusak, baret dan spion kananya hancur, maka bli mesti mengganti kerusakannya.", begitu saya sampaikan padanya.Â
"Saya harus mengganti total?" dia bertanya.
"Ya tentu saja, kan bli yang nyerempet mobil saya, kondisi mobil saya diam di pinggir jalan." jawab saya.
"Jadi gini saja, saya minta identitasnya, nanti selesai perbaikan saya akan menghubungi bli lagi."Â
Saya diberi SIM, tidak untuk saya tahan, hanya saya foto kemudian dikembalikan. Saya juga sempat mengambil gambar bumper mobilnya yang baret dan plat nomor mobilnya.Â
Setelah memegang identitasnya, ternyata nama yang dibilang sebelumnya berbeda dengan nama di SIMnya. Di SIMnya nama yang tertulis adalah Wayan Kar**a. Ya tidak jauh berbeda sih, kanya beda 1 hurup saja. Saya tanya lagi mau kemana, jawabannya berbeda lagi.Â
Kali ini dia bilang mau ke Tampaksiring. Padahal di awal bilang mau ke Ubud.Â
Akhirnya saya membiarkannya pergi setelah mengatakan akan menghubunginya lagi.Â
Sampai saya membiarkannya pergi, tidak ada kata maaf satupun karena sudah menyerempet mobil saya. Entah saya bodoh bin dungu atau bagaimana, kenapa saya kalem saja. Yang jelas dalam benak saya, karena sama-sama orang Bali, maka orang ini bisa dipercaya, itu yang saya pikirkan.Â