Mohon tunggu...
Putra Zulfirman
Putra Zulfirman Mohon Tunggu... Jurnalis - Informatif & Edukatif

Kerja Ikhlas, keras dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agus Mandor, Pemantik Cahaya Mursyidah

3 Desember 2019   01:36 Diperbarui: 3 Desember 2019   03:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Setiawan bersama Musryidah dan Nurasyiah di kediaman mereka, setelah arus listrik terpasang. (Foto/Istimewa).

Meski sudah 74 tahun Indonesia merdeka. Namun, Mursyidah, siswa kelas 3 SDN Birem Puntong, Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa, Provinsi Aceh, masih hidup dalam kegelapan ketika malam tiba.

Bersama Nuraisyah (38), ibunya. Bocah 9 tahun itu, meratap gelap, memilin cahaya temaram dari lampu teplok minyak tanah yang setia saban hari, sebagai penerang. 

Gulita menyelimuti rumah berbahan kayu semperen, beratap seng bekas, berukuran sangat sederhana, berdomisili di Desa Birem Puntong.

Miris, mungkin ini kata yang tersemat ketika melihat kehidupan bocah perempuan yatim ini. Listrik menjadi barang langka.

Tak jarang, Mursyidah harus menatap lebih dekat buku bacaan sekolahnya, kala belajar di malam hari. Si mungil ini tak mengeluh, seolah dia sadar diri, kemiskinan menghampiri hidupnya.

Sementara, ibunya hanya buruh cuci pakaian serabutan. Tak ayal, hanya cukup beli beras dan lauk seadanya tuk disantap, sebagai pengisi perut, sembari lanjutkan hidup dalam munajat tiada henti pada Illahi Rabbi.

Semangat belajar Mursyidah begitu tinggi. Ia gigih meraih cita. Hanya dengan belajar sungguh-sungguh, tuk menjadi pintar dan lepas dari kepapaan di hari depan.

Di sekolah, Mursyidah tergolong siswa cerdas. Peringkat lima besar acap diraih saban akhir semester. Meski dalam gelap, yatim ini mampu mencerna pelajaran yang diulangnya di rumah dengan baik.

Suatu saat, kondisi rumah Mursyidah yang tak miliki arus listrik ini diketahui gurunya. Bagai sembilu menyayat hati, begitulah perasaan pahlawan tanpa jasa itu, ketika mengetahui anak didiknya hidup dan belajar dalam gelap.

Sang guru mencari cara agar bisa membantu Mursyidah dan ibunya, memiliki penerangan yang memadai selayaknya rumah tangga lain.

Entah ide dan informasi dari siapa, guru Mursyidah itu menelpon Koordinator Komunitas Baleum Syedara, Agus Setiawan. 

Nada dering ponsel Agus Mandor--sapaan Agus Setiawan, berdiring. Tampak dilayar sebuah nomor tak dikenal memanggil.

Spontan, Agus langsung menerima panggilan si penelpon. Terdengar suara seorang wanita begitu merdu diujung selularnya.

"Assalamu'alaikum. Saya guru SD Birem Puntong. Bisa bicara dengan Pak Agus," ujar penelpon.

Lantas, dengan rasa penasaran. Agus bertanya gerangan apakah yang  terjadi, sehingga bu guru menelponnya.

"Ada anak yatim dan ibunya, tinggal di rumah papan tak miliki listrik. Gelap sekali rumahnya, padahal si anak bernama Musrsyidah siswa yang giat belajar,"  celoteh guru memberi keterangan.

Sontak, sisi manusiawi Agus Mandor tersentuh. Ia meminta alamat Mursyidah dan bergegas mengunjunginya.

Tiba di alamat yang disebut guru tadi. Agus terpaku. Matanya nanar. Ia tak percaya, ditengah gempitanya pembangunan dan hiruk pikuk modernisme.

Masih terdapat rumah tangga yang tak dialiri arus listrik. Hatinya berkecambuk, terenyuh dan ingin segera membantu.

Setelah berbincang dengan Nurasyiah. Agus mengajak janda itu menemui Wali Kota Langsa, Usman Abdullah.

Dihadapan Walikota, Nurasyiah bersama Mursyidah membeberkan nestapanya. Bahwa sudah dua tahun ia hidup dikegelapan tanpa adanya penerangan dari Perusahaan Listrik Negara.

Usman Abdullah mematung sejenak. Merasa bersalah, seolah luput dari pantauannya masih ada warganya yang tak miliki penerangan yang layak.

Tak menunggu lama. Walikota dua periode itu segera mengambil sikap. Lewat sebuah surat, ia meminta Badan Baitul Mal Kota Langsa memfasilitasi penerangan kepada keluarga Mursyidah.

Mengetahui langkah cepat Walikota. Nurasyiah menganak sungai di matanya. Tiada henti, bibirnya ucapkan terima kasih pada pemimpin kota itu.

"Alhamdulillah. Terima kasih Pak. Allah yang membalas semua kebaikan ini," lirih Nurasyiah bersyukur.

Baitul Mal bergerak cepat. Petugas PlN segera sambangi rumah reot Mursyidah. Akhirnya, Minggu (1/12/2019) malam, Nurasyiah dan Mursyidah tak lagi diruding gelap.

Rumahnya telah terpasang arus listrik. Lewat Agus Mandor, telah memantikkan cahaya di keluarga Mursyidah. Si Yatim jadi riang, belajarnya tak lagi temaram.

"Lon senang kana lampu listrik,mak.,Om Agus dan Pak Wali ka geubantu tanyo, alhamdulillah," ungkap Mursyidah dalam bahasa Aceh.

Artinya: saya senang sudah ada lampu listrik, mak.  Om Agus dan Pak Walikota sudah membantu kita, alhamdulillah.

Agus Setiawan merasa senang bisa membantu meringankan beban sesama. "Saya bersyukur masih bisa berbagi dan membantu sesama. Terima kasih Pak Wali, telah segera merespon sehingga Dek Mursyidah kini terang sudah rumahnya," ucap pria lajang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun