Entah ide dan informasi dari siapa, guru Mursyidah itu menelpon Koordinator Komunitas Baleum Syedara, Agus Setiawan.Â
Nada dering ponsel Agus Mandor--sapaan Agus Setiawan, berdiring. Tampak dilayar sebuah nomor tak dikenal memanggil.
Spontan, Agus langsung menerima panggilan si penelpon. Terdengar suara seorang wanita begitu merdu diujung selularnya.
"Assalamu'alaikum. Saya guru SD Birem Puntong. Bisa bicara dengan Pak Agus," ujar penelpon.
Lantas, dengan rasa penasaran. Agus bertanya gerangan apakah yang  terjadi, sehingga bu guru menelponnya.
"Ada anak yatim dan ibunya, tinggal di rumah papan tak miliki listrik. Gelap sekali rumahnya, padahal si anak bernama Musrsyidah siswa yang giat belajar," Â celoteh guru memberi keterangan.
Sontak, sisi manusiawi Agus Mandor tersentuh. Ia meminta alamat Mursyidah dan bergegas mengunjunginya.
Tiba di alamat yang disebut guru tadi. Agus terpaku. Matanya nanar. Ia tak percaya, ditengah gempitanya pembangunan dan hiruk pikuk modernisme.
Masih terdapat rumah tangga yang tak dialiri arus listrik. Hatinya berkecambuk, terenyuh dan ingin segera membantu.
Setelah berbincang dengan Nurasyiah. Agus mengajak janda itu menemui Wali Kota Langsa, Usman Abdullah.
Dihadapan Walikota, Nurasyiah bersama Mursyidah membeberkan nestapanya. Bahwa sudah dua tahun ia hidup dikegelapan tanpa adanya penerangan dari Perusahaan Listrik Negara.