Mohon tunggu...
Putra Zulfirman
Putra Zulfirman Mohon Tunggu... Jurnalis - Informatif & Edukatif

Kerja Ikhlas, keras dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baleum Syedara Menyeka Air Mata Dhuafa

1 Desember 2019   22:50 Diperbarui: 1 Desember 2019   22:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agus Setiawan, Hendra Popon, Mahyuddin Cannon dan Pandek, bergegas melaju ke kediaman Damien (78), warga Meurandeh Teungoh Kecamatan Langsa Lama.

Nenek renta ini menderita stroke sehingga lidahnya kelu tak lagi dapat berbicara. Ia tinggal bersama anaknya yang telah menjanda pula.

Sungguh derita tiada akhir bagi keluarga nestapa ini. Kehadiran Agus Setiawan dan kawan-kawanya, seperti oase bagi Nek Damien.

Betapa tidak, selama ini mereka hanya mampu membeli beras kiloan. Namun, Agus datang dengan membawa sembako dan sedikit rupiah hasil donasi yang digalang.

"Ini cuma sedikit. Mohon diterima semoga bermanfaat," ujar Agus menyerahkan sembako.

Tangan jejeka itu dijabat erat Nek Damien. Meski tak mampu berkata, binar matanya menganak sungai, menandakan dia pilu sekaligus bahagia.

Lama dipandanginya Agus Setiawan yang sebenarnya tak begitu rupawan. Perlahan tangan Agus dilepasnya, seolah Damien mengucap terima kasih pada pioner Baleum Syedara ini.

Nurlidan terbaring di ruang tamu rumahnya. Foto Istimewa
Nurlidan terbaring di ruang tamu rumahnya. Foto Istimewa

Rumah kedua yang dituju berada di Desa Pondok Keumuning, masih di Kecamatan Langsa Lama. Di sana, Manase (80), terbaring lunglai di pembaringan lusuhnya.

Sakit menua yang derita, memaksa nenek ini hanya terbaring saja. Sesekali, tatapnya menerawang seisi kamar yang hanya berukiran sempit itu.

Mengetahui kehadiran Baleum Syedara, Manase melempar senyum. Semburat wajahnya seolah bahagia, dikunjungi empat pria muda nan perkasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun