Mohon tunggu...
Muhammad Faris Helmi Priyono
Muhammad Faris Helmi Priyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang di blog saya!

Saya Helmi, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Near Zero Emission Coal Antara China dan Uni-Eropa

25 Mei 2024   08:45 Diperbarui: 25 Mei 2024   11:03 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam membangun ekonomi negaranya, China mengandalkan kemajuan industri dalam negeri yang tercantum dalam five years plan (FYP). Kemajuan industri di China mengakibatkan peningkatan emisi karbon yang serius karena pemakaian energi batu bara untuk bahan bakarnya.

Tingginya emisi karbon ini menimbulkan masalah serius untuk kesehatan masyarakat China. Penyakit seperti asma, kanker paru-paru, bahkan kematian menjadi harga mahal yang dibayar masyarakat China karena kegiatan industri di negaranya.

Pemerintah China kemudian berada dalam situasi dilema antara kepentingan pembangunan ekonomi dan kesehatan lingkungan untuk masyarakat China. Situasi ini membuka pintu kerjasama dalam hal industri ramah lingkungan kepada mitra dagangnya, yaitu Uni-Eropa.

Uni-Eropa yang merupakan mitra dagang terbesar China kemudian mengajak kerja sama antara kedua pihak untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut (lingkungan dan ekonomi). Hal ini dilakukan Uni-Eropa mengingat penurunan ekonomi China juga akan berimbas besar kepada Uni-Eropa karena China adalah mitra terbesar kedua dalam hal perdagangan bagi Uni-Eropa.

Bermula ketika diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada bulan September 2005 dibawah kepresidenan Inggris, China dan Uni-Eropa mendeklarasikan perubahan pada sektor industri dengan teknologi yang ramah lingkungan. Deklarasi tersebut berbunyi "We will aim to achieve the following co-operation goals by 2020: To develop and demonstrate in China and the EU advanced, near-zero emission coal technology through CCS".

Kerja sama ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dari teknologi batubara yang mendekati angka nol di tahun 2020 dan diberi nama Near Zero Emission Coal (NZEC). NZEC dilakukan dalam bentuk transfer pembangkit tenaga listrik melalui teknologi Carbon Dioxide Capture and Storage (CCS) oleh Uni-Eropa untuk China.

CCS adalah sebuah teknologi dimana pengurangan emisi gas rumah kaca dilakukan dengan cara menangkap karbon dioksida dari sumber terbesar keluarnya karbon tersebut, kemudian diangkut ke fasilitas penyimpanan bawah tanah sebelum tersebar ke atmosfer. Jika dibandingkan dengan pabrik yang tidak menggunakan teknologi CCS, pabrik dengan teknologi CCS mengeluarkan karbon dioksida yang tersebar ke atmosfer 80-90% lebih sedikit.

Sebelum kerja sama China dan Uni-Eropa dalam transfer teknologi CCS ini, hanya beberapa negara dan korporasi di Uni-Eropa yang bisa menguasai teknologi tersebut, seperti Norwegia, Jerman, Inggris (saat itu masih bagian dari Uni Eropa), Belanda, dan Prancis. Hal ini menunjukan bahwa teknologi ramah lingkungan belum dapat dikuasai banyak negara dan China, dengan program kerja sama ini berusaha untuk menjadi salah satu negara dengan industri ramah lingkungan di asia pasifik.

Demi kelangsungan program NZEC, Uni-Eropa memberikan juga memberikan bantuan modal sumber daya berupa tenaga ahli, lembaga akademik untuk penelitian, konsultan, organisasi untuk hal manajemen, dan profesional teknologi CCS dari Uni-Eropa. Nilai keseluruhan bantuan modal yang diterima China dari Uni-Eropa mencapai 69,36 juta euro ditambah 3,5 juta euro bantuan oleh Pemerintah Inggris.

Program kerja sama ini terdiri dari tiga fase: Fase pertama adalah eksplorasi pilihan penyebaran dan pembangunan teknologi CCS di China, fase kedua adalah merancang dan mendefinisikan proyek demonstrasi penyimpanan karbon dioksida, dan fase terakhir adalah pembangunan dan pengoprasian teknologi CCS di China. Ketiga fase ini dijalankan selama hampir 15 tahun lamanya, yakni dimulai pada tahun 2006 dan berakhir pada tahun 2020.

Fase pertama dilakukan setelah penandatanganan MoU dari tiga pihak (Komisi Uni-Eropa, Departemen Energi dan Perubahan Iklim Inggris, dan Kementrian Sains dan Teknologi China) pada Desember 2005. Periode 2006-2009 kegiatan yang dilakukan berupa identifikasi peluang, tinjauan biaya, identifikasi strategi dan lokasi dimana teknologi CCS akan diletakan, serta ditutup dengan pertemuan yang membahas hasil kerja sama selama fase satu.

Dalam fase kedua, ditemukan potensi bahwa setiap ton karbon dioksida yang sudah ditangkap dan diolah, dapat menghasilkan minyak sebanyak 2 hingga 4 barel minyak yang kemudian akan kembali digunakan untuk kebutuhan industri China. Hal ini tentu menguntungkan china karena selain menambah simpanan minyak untuk kebutuhan industri, tujuan pengurangan emisi gas karbon semakin jelas dapat dicapai dalam program NZEC tersebut.

Mulai tahun 2012 (fase tiga), pembangunan pabrik dan fasilitas industri dengan teknologi CCS dimulai di beberapa titik lokasi seperti ladang minyak Daqing, Jiangsu, dan Jilin. Seluruh pembangunan ini ditargetkan selesai pada tahun 2015 sehingga lima tahun pengoprasian dapat mencapai tujuan mendekati nol emisi gas karbon tanpa mengurangi kegiatan dan program industri China.

Seluruh rangkaian program dan kerja sama ini dilakukan China agar ekonomi negaranya tidak terganggu dengan isu lingkungan dan kesehatan yang melanda negaranya. Bahkan di sisi lain, isu lingkungan ini membuka jalur kerjasama dengan Uni-Eropa bukan hanya dalam urusan perdagangan, namun juga dalam isu lingkungan.

China sebagai negara super power akan selalu berusaha untuk mempertahankan kekuatan negaranya; kekuatan ekonomi, kekuatan pengaruh, kekuatan teknologi, dan lain-lain. Adanya isu lingkungan yang berimbas ke isu kesehatan masyarakat China, secara tidak langsung akan menghambat siklus dan kegiatan ekonomi China yang mana akan berakibat ke banyak hal lainnya. Maka dari itu, China dengan program kerja sama ZNEC ini merupakan bentuk penanggulangan sekaligus langkah untuk membuat China semakin kuat dari segi teknologi, ekonomi, pengaruh, dan diplomasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun