Dalam fase kedua, ditemukan potensi bahwa setiap ton karbon dioksida yang sudah ditangkap dan diolah, dapat menghasilkan minyak sebanyak 2 hingga 4 barel minyak yang kemudian akan kembali digunakan untuk kebutuhan industri China. Hal ini tentu menguntungkan china karena selain menambah simpanan minyak untuk kebutuhan industri, tujuan pengurangan emisi gas karbon semakin jelas dapat dicapai dalam program NZEC tersebut.
Mulai tahun 2012 (fase tiga), pembangunan pabrik dan fasilitas industri dengan teknologi CCS dimulai di beberapa titik lokasi seperti ladang minyak Daqing, Jiangsu, dan Jilin. Seluruh pembangunan ini ditargetkan selesai pada tahun 2015 sehingga lima tahun pengoprasian dapat mencapai tujuan mendekati nol emisi gas karbon tanpa mengurangi kegiatan dan program industri China.
Seluruh rangkaian program dan kerja sama ini dilakukan China agar ekonomi negaranya tidak terganggu dengan isu lingkungan dan kesehatan yang melanda negaranya. Bahkan di sisi lain, isu lingkungan ini membuka jalur kerjasama dengan Uni-Eropa bukan hanya dalam urusan perdagangan, namun juga dalam isu lingkungan.
China sebagai negara super power akan selalu berusaha untuk mempertahankan kekuatan negaranya; kekuatan ekonomi, kekuatan pengaruh, kekuatan teknologi, dan lain-lain. Adanya isu lingkungan yang berimbas ke isu kesehatan masyarakat China, secara tidak langsung akan menghambat siklus dan kegiatan ekonomi China yang mana akan berakibat ke banyak hal lainnya. Maka dari itu, China dengan program kerja sama ZNEC ini merupakan bentuk penanggulangan sekaligus langkah untuk membuat China semakin kuat dari segi teknologi, ekonomi, pengaruh, dan diplomasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H