Mungkin mereka tidak tahu kalau, WHO pada 1990 mencabut homoseksualitas dari daftar gangguan jiwa, yaitu pada nternational Classification of Diseases (ICD) edisi 10. Asosiasi Psikologi Amerika menyatakan bahwa penelitian dan literatur klinis menunjukkan bahwa homoseksualitas adalah variasi normal dan positif dari orientasi seksual manusia. Sejak kali pertama diterbitkan pada 1952, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) menuai pujian dan juga kritik. Hingga kini, DSM sudah mengalami revisi lima kali. Dalam edisi ke-5 baik homoseksualitas maupun identitas trans* tidak lagi digolongkan sebagai gangguan jiwa. Indonesia juga tidak ketinggalan melalui Pedoman Penanggulangan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) ke II pada tahun 1983 dan III tahun 1993 telah mengeluarkan homoseksualitas dari daftar gangguan jiwa.Â
Apa yang dikatakan Anies ini bisa menimbulkan homophobia di sekolah dan juga berpotensi bullying terhadap anak-anak. Bayangkan bila ada seorang anak laki-laki yang terlihat feminim akan dipersepsikan sebagai gay dan akan dianggap menyimpang. Apa yang akan terjadi, si anak dipaksa untuk menjadi maskulin, macho dan didik dengan cara yang keras padahal anak itu belum tentu gay.
Kenapa LGBT selalu dikaitkan dengan Moral? Seperti kata Gayle Rubin;Masyarakat menciptakan hirarki seksual yang dilabeli penilaian baik dan buruk, sah dan tidak sah. Masyarakat mengklasifikasi dorongan, tindakan, dan identitas tertentu sebagai normal, terhormat, baik, sehat, dan bermoral; sedang bentuk yang lain diklasifikasi sebagai tidak sehat, abnormal, berdosa, dan immoral.
Sungguh mengecewakan dua menteri yang berkecimpung di dunia pendidikan dan penelitian mengeluarkan pernyataan yang sempit dan dangkal tidak berbasis pada ilmu pengetahuan dan hasil penelitian yang telah ada. Melihat seksualitas dan gender hanya sebatas selangkangan, seks dan moral. Mengingkari bahwa seksualitas manusia itu kompleks. Seksualitas hanya dilihat atau Keharusasn memiliki satu jenis kelamin yang jelas dan bila ada diantaranya (Interseks) maka harus segera dilakukan penyesuaian, Psikiatrisasi kesenangan (mempatologikan semua perilaku seks yang menyimpang dari prinsip seks prokreatif), Pedagogisasi seksualitas anak.
Hal ini tidak ubahnya seperti abad ke 19 di Eropa yang menciptakan kultur victorian. Menurut Foucault: Borjuasi Victorian menggariskan bahwa seks yang normal adalah seks yang dipingit rapi, dirumahtanggakan, dan berfungsi reproduksi, sedang seks yang tidak normal adalah yang dipertontontonkan di depan publik, tidak berada dalam batasan keluarga, tidak memiliki fungsi reproduksi, termasuk di sini adalah orang yang mandul.
Jadi membicarakan soal orientasi seksual dan mendukung LGBT dipublik akan dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan tidak sesuai. Itu sebabnya kenapa menristek memberikan sanggahan yang terlihat tidak cerdas secara intelektual.
Apakah ini salah satu cara para penjabat untuk menutupi kegagalannya dalam memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan cara melakukan Hegemoni. Penguasa berusaha untuk menegakkan kepemimpinan moral dan filosofikal terhadap masyarakat mendapatkandukungan dan menutupi kegagalannya. Dengan mengalihkan isu dan mengatakan LGBT tidak bermoral, dan menyimpang.
Pendidikan tinggi tidak menjamin seseroang mengerti tentang gender dan seksualitas. Mereka hanya berkacamata pada binary saja, menutup mata bahwa jenis kelamin tidak hanya laki dan perempuan saja tetapi disana juga ada interseks. Mencampuradukan antara orientasi seksual dengan kegiatan seksual. Ini kenapa pendidikan gender dan seksualitas diperlukan diajarkan di sekolah agar mereka tidak tergagap-gagap dan menyamaratakan atau melihat seksualitas hanya sebagai kegiatan seks semata. Menyamakan LGBT dengan pornografi dan menfanggap sebagai hal yang tabu dan mengingkari keberadaannya. Sampai kapan kita akan menjadi masyarakat yang gagap LGBT dan gagap mengenai persoalan gender dan seksualitas?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H