Mohon tunggu...
Poedjiati Tan
Poedjiati Tan Mohon Tunggu... profesional -

Co-founder NLP Coach Indonesia. yang bergerak dibidang Business Consultant dan pelatihan dengan teknik NLP dan juga soft skill lainnya. Direktur Penerbit EnerJik Kharisma yang menerbitkan buku NLP, pengembang diri dan juga Novel. Psikolog di Bina Grahita Mandiri. Master Psikologi, Master Practitioner NLP, Certificate Advanced coach NLP. Sertifikasi untuk HRD dan penggajian karyawan penulis untuk penelitian psikologi, prilaku manusia, dan juga penulis entrepreneur dan bisnis. Desainer buku Aktif di beberapa organisasi masyarakat dan perempuan. Co founder Konde Institute media alternatif berbasis online. Dosen LB di Universitas Ciputra Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masyarakat yang Gagap LGBT

28 Januari 2016   11:23 Diperbarui: 3 Februari 2016   16:23 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari ini LGBT seperti menjadi trend dan topik yang hangat. Beberapa pejabat negara mengeluarkan pernyataan tentang LGBT yang tidak diikuti dengan pengetahuan akan LGBT dan hanya berdasarkan asumsi dan persepsi. Pernyataan yang mendekreditkan LGBT dan bisa memberikan dampak kebencian dan diskriminasi kepada kelompok LGBT di masyarakat.

Menristek M Nasir yang tidak mengerti persoalan SGRC UI ketika ditanya wartawan langsung memberikan pernyataan tanpa berpikir dampaknya.

Pernyataan : Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir menegaskan, kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) tidak boleh masuk kampus. Menurutnya hal itu tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.

"LGBT ini tidak sesuai dengan tataran nilai dan kesusilaan bangsa Indonesia. Saya melarang. Indonesia ini tata nilainya menjaga kesusilaan," kata Nasir ( detikcom 24/1/2015).

Stelah ramai-ramai di protes dan terbitnya sebuat petisi atas pernyataan tersbut, M Nasir mengatakan bahwa yang tidak diperbolehkan itu adalah melakukan hubungan seks dan bermesraan di kampus.  Terus terang saya jadi heran kenapa melihat LGBT hanya dari selangkangan dan nge-seks saja tidak dilihat dari sciens-nya sesuai dengan kapasitas dia sebagai menristek.  Tidak melihat pentingnya lembaga pendampingan layanan konseling di kampus yang tidak hanya ditujukan untuk LGBT saja.

Buka hanya Menristek aparat negara yang membuat pernyataan yang bisa menimbulkan kebencian dan diskriminasi terhadap LGBT tetapi Mendikbud Anies Baswedan juga melakukan hal yang sama.

 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, perilaku menyimpang, seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), di kalangan remaja harus menjadi perhatian bagi orang tua dan guru. Mereka guru harus menyadari pentingnya nilai-nilai yang dipegang dalam pendidikan, seperti nilai agama, Pancasila, dan budaya. 

“Untuk menjaga (LGBT) itu, maka orang tua dan guru harus sadar bahwa nilai itu harus diajarkan, ditumbuhkan, dan dikembangkan sejak usia dini. Bahkan, sebagian pakar menyebutkan sejak dalam kandungan,” ungkap mantan rektor Universitas Paramadina ini kepada Republika.co.id, Ahad (24/1).

Di samping itu, orang tua dan guru harus meningkatkan komunikasi kepada anak secara intensif. Hal ini menjadi salah satu cara untuk menjaga nilai-nilai moral pada anak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi perilaku anomali dalam kehidupan sosial, semisal  LGBT.

 Menurut Anies, komunikasi dan pendekatan ini memang perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan. Jika sampai ada potensi penyimpangan, itu bisa terdeteksi dini dan bisa cepat diselesaikan.

Pernyatan Mendikbud ini lebih parah lagi yang mengatakan LGBT sebagai penyimpangan. Setelah itu asistennya mengatakan bahwa Anies Baswedan salah menggunakan kata. Tetapi menurut saya ini jelas bukan salah memilih kata tetapi minimnya pengetahuan tentang LGBT. Saya jadi heran padahal setahu saya Anies Baswedan itu berpendidikan tinggi dan pernah sekolah di luar negeri, yang pastinya jurlna-jurnal hasil penelitian tentang LGBT berterbaran, apa mungkin dia kurang piknik ke perpustakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun