Bagian pertama dari resensi ini dapat dilihat di link berikut.
Belajar dan mengajar tidak bisa kita hindari dalam hidup. Teach Like Finland memberi kita suatu wawasan bagaimana negara Finlandia berusaha mendidik tidak hanya murid di sekolah, namun juga bangsanya secara keseluruhan.
Seperti telah disampaikan dalam resensi bagian sebelumnya, Finlandia masih mengadopsi prinsip kebahagiaan sebagai dasar pengajarannya, dengan berprinsip bahwa murid yang berbahagia akan menjadi pembelajar yang lebih baik.
Berikut adalah poin-poin selanjutnya yang menjadi dasar pembelajaran di Finlandia.
Penguasaan
Untuk menjadi bahagia, salah satu hal mendasar yang harus kita miliki adalah perasaan kompeten dalam satu area tertentu, sehingga penguasaan adalah kebutuhan kita (Raghunathan, 2016). Hal ini yang kemudian menginspirasi para pendidik Finladia untuk menekankan pengajaran terhadap hal-hal yang mendasar, dimana hal tersebut memerlukan kestabilan dan fokus arah yang baik. Penggunaan buku paket merupakan salah satu cara menuju standar penguasaan ilmu sesuai kurikulum siswa. Kreativitas yang terarah diperlukan sehingga matrikulasi dan tujuan pengajaran juga tetap tercapai.
Penggunaan musik dipercaya dapat membantu murid untuk fokus yang menjadi dasar untuk menguasai suatu pembelajaran. Selain musik, penerapan moto ‘learning by doing’ juga didorong sedemikian rupa agar siswa dapat merasakan bentuk pekerjaan sesungguhnya (Walker mencontohkan profesi penulis), dimana murid dibebaskan dari ‘cara’ belajar konvensional dan dibiarkan mengadopsi cara memecahkan masalah sesuai profesi dan minat yang ditujunya masing-masing.
Yang menarik adalah konsep perustella (bahasa Finlandia yang berusaha diterjemahkan menjadi ‘membenarkan’ oleh Walker), dimana siswa-siswa Finlandia sejak dini diajarkan untuk memiliki opini, bahkan terhadap hal-hal yang seringkali jarang dibicarakan seperti kehilangan pekerjaan, narkoba, politik, perang, etika, junkfood, seks, dan lain-lain. Hal ini berdampak mereka selalu memperbaharui pengetahuannya untuk dapat beropini dan berdiskusi secara terbuka tentang hal-hal tersebut. Kebiasaan ini juga yang menjadikan kemampuan analisis masalah dan kreativitas untuk memecahkan masalah berkembang dengan baik. Peran pengajarlah yang bertanggung jawab terhadap atmosfer tersebut.
Bentuk soal essai untuk Ujian Matrikulasi tidak kaku seperti contohnya “sebukan dasar-dasar diet Finlandia….”, namun dibuat lebih kompleks seperti “apa dasar rekomendasi diet di Finlandia dan apakah tujuannya? Jelaskan pemikiranmu”; yang secara tidak langsung menuntut siswa untuk mempelajari materi secara lebih menyeluruh dan mendalam. Ini contoh perustella yang dimaksud Walker.
Pola Pikir
Dari kelima bahan utama kebahagiaan yang coba dirangkum Walker tentang pengajaran di Finlandia, Pola Pikir adalah bahan yang paling penting. Di awal ketika saya mengatakan buku ini relatable untuk dibaca semua orang, saya mengacu pada bab ini secara khusus.
Ada orang yang menganggap kemenangan anda akan berujung pada kekalahan orang lain, dan sebaliknya. Hal ini akan melibatkan anda dalam perbandingan sosial, yang memicu pandangan scarcity-minded (menekankan kelangkaan). Lawannya adalah apa yang disebut dengan abundance-oriented (berorientasi pada kelimpahan), yang artinya adalah selalu ada ruang dan kesempatan bagi tiap orang untuk tumbuh.
Scarcity-minded yang berujung pada perbandingan sosial tentu tidak sejalan dengan prinsip pengajaran Finlandia dimana kebahagiaan bukanlah tujuan kesuksesan. Sebaliknya, pandangan abundance-oriented bahwa adanya kelimpahan kesempatan mampu menumbuhkan kebahagiaan dalam diri seseorang, bisa mendasari kesuksesan.
Menemukan flow juga menjadi poin yang disebut penulis dalam konteks pola pikir. Dimana konsep flow ini seringkali disebut sebelumnya oleh peneliti seperti Yuval Noah Harari, Daniel Kahneman, bahkan jurnalis Eric Weiner yang mengutip Mihaly Csikszentmihaly bahwa flow adalah situasi dimana anda sedang menjalani aktivitas yang menyenangkan, ketika kita menggunakan keterampilan sepenuhnya, mengalir dan tak dapat dielakkan. Flow ini bisa berbeda wujudnya bagi tiap orang, tetapi memiliki kesamaan bahwa hal ini membawa kebahagiaan bagi yang mengalaminya.
Selain itu, Walker juga memberikan tips-tips praktis seperti bermuka tebal (dalam artian percaya diri bahwa kita adalah professional di bidang kita dan tidak ‘hancur’ namun membaik dengan adanya kritik dari orang lain), berkolaborasi dengan teman sejawat dan para ahli (tentunya yang sama-sama berpandangan abundance-oriented), dan optimal menggunakan waktu libur dan refreshing untuk diri kita sendiri, termasuk bersyukur dan jangan lupa bahagia.
Akhir kata buku ini bagi saya amat menyegarkan dan menginspirasi untuk dibaca dan dipraktekkan kiat-kiatnya. Saya sendiri kebetulan bukanlah seorang dengan profesi guru, namun di jaman pandemi seperti sekarang, saya rasa semua orang saat ini berkesempatan besar menjadi seorang pengajar; baik untuk dirinya sendiri, anak, keluarga, rekan kerja, maupun masyarakat secara umum.
See you at my next review. Feel free to comment, react even follow for future updates. It will be much appreciated =)
Semoga kebahagiaan membaca selalu dapat menginspirasi kita semua.
Penilaian untuk Buku : 4.5/5 bintang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H